SIAK, datariau.com - Stunting merupakan salah satu masalah kesehatan yang masih menjadi perhatian serius di Indonesia, termasuk di Desa Lubuk Tilan, Kecamatan Dayun, Kabupaten Siak. Kondisi ini menggambarkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis yang terjadi dalam waktu lama. Anak yang mengalami stunting biasanya memiliki tinggi badan di bawah rata-rata untuk usianya serta rentan terhadap berbagai penyakit. Dampaknya tidak hanya terlihat pada fisik, tetapi juga memengaruhi perkembangan kognitif yang berpengaruh terhadap prestasi belajar dan produktivitas di masa depan. Oleh karena itu, upaya pencegahan stunting menjadi sangat penting untuk menjamin masa depan generasi mendatang.
Mahasiswa KKN Mas Aisiyah telah menunjukkan komitmennya melalui pelaksanaan Penyuluhan Pencegahan Stunting pada 13 Agustus 2025, yang berlangsung di Posyandu Melati Dusun Sumber Rejo. Acara ini dihadiri oleh kader kesehatan dan perwakilan petugas Puskesmas Dayun. Rembuk Stunting bertujuan untuk menyatukan persepsi, membangun kesadaran bersama, serta menyusun langkah strategis dalam menurunkan angka stunting. Kehadiran berbagai pihak ini diharapkan menjadi awal yang baik untuk memperkuat kolaborasi lintas sektor. Momen ini juga menjadi ruang diskusi bagi masyarakat untuk menyampaikan kendala dan solusi terkait permasalahan gizi anak.
Meski program pencegahan telah digerakkan, tantangan terbesar di Desa Lubuk Tilan adalah ketiadaan data konkret mengenai jumlah kasus stunting. Situs resmi desa melalui platform Digital Desa bahkan belum memuat informasi terkait data stunting lokal. Hal ini mengindikasikan perlunya penguatan sistem pendataan yang akurat dan terintegrasi. Tanpa data yang jelas, akan sulit bagi pemerintah desa maupun pihak terkait untuk merancang intervensi yang tepat sasaran. Data adalah dasar bagi setiap kebijakan yang efektif, sehingga pengumpulan dan pembaruan informasi harus menjadi prioritas.
Kondisi ini tidak lepas dari tantangan di lapangan, seperti keterbatasan tenaga pencatat data, kurangnya koordinasi antar unit layanan kesehatan, serta rendahnya kesadaran masyarakat untuk melaporkan status gizi anak. Beberapa keluarga mungkin belum memahami pentingnya pemantauan tinggi dan berat badan secara berkala. Ada pula yang menganggap masalah gizi hanyalah urusan rumah tangga, bukan isu publik. Padahal, partisipasi aktif warga dalam pendataan sangat menentukan keberhasilan program pencegahan stunting. Oleh karena itu, perlu strategi yang mampu mendorong keterlibatan masyarakat secara sukarela dan konsisten.
Penyuluhan Pencegahan Stunting di Desa Lubuk Tilan diharapkan bisa mengadopsi praktik baik dari desa lain, seperti Kampung atau desa lainnya yang berhasil memanfaatkan kegiatan pencegahan stunting sebagai forum evaluasi dan penyusunan program. Model seperti ini dapat diterapkan di Lubuk Tilan agar pertemuan tidak sekadar menjadi seremonial, dengan menghadirkan data riil, diskusi akan lebih terarah dan rekomendasi yang dihasilkan bisa langsung diimplementasikan.
Pencegahan stunting memerlukan pendekatan yang menyeluruh, mulai dari intervensi gizi hingga perbaikan sanitasi. Di tingkat rumah tangga, pola makan anak harus diperhatikan dengan menyediakan asupan protein, vitamin, dan mineral yang cukup. Di sisi lain, kebersihan lingkungan seperti ketersediaan air bersih dan pembuangan limbah yang sehat juga berperan besar. Infeksi berulang akibat lingkungan kotor dapat menghambat penyerapan gizi. Oleh karena itu, edukasi kesehatan lingkungan harus berjalan beriringan dengan penyuluhan gizi.
Dalam jangka panjang, penanganan stunting juga membutuhkan dukungan dari sektor pendidikan, Keterlibatan lembaga pendidikan akan memperluas cakupan program pencegahan stunting hingga ke seluruh lapisan masyarakat. Pendekatan lintas sektor menjadi kunci keberhasilan. Pemerintah desa, tenaga kesehatan, guru, dan warga perlu bergerak bersama. Kolaborasi ini akan lebih kuat jika dibarengi dengan monitoring dan evaluasi rutin. Evaluasi tidak hanya menilai capaian program, tetapi juga mengidentifikasi hambatan dan memperbaiki strategi. Misalnya, jika ditemukan bahwa akses pangan bergizi masih rendah, maka intervensi bisa diarahkan pada pengembangan kebun gizi desa atau subsidi bahan pangan tertentu bagi keluarga berisiko.
Salah satu langkah yang direkomendasikan adalah membangun sistem pencatatan berbasis digital yang terintegrasi dengan posyandu. Setiap balita yang datang ke posyandu untuk pemeriksaan rutin dapat langsung dicatat tinggi dan berat badannya dalam sistem. Data ini kemudian diakses oleh pemerintah desa dan Dinas Kesehatan untuk memantau tren secara real-time. Dengan sistem seperti ini, intervensi dapat dilakukan lebih cepat sebelum kondisi anak memburuk. Teknologi dapat menjadi solusi praktis untuk mengatasi keterbatasan tenaga dan waktu.
Partisipasi masyarakat tidak boleh diabaikan. Tanpa dukungan warga, program sebaik apa pun akan sulit mencapai hasil optimal. Masyarakat perlu diyakinkan bahwa pencegahan stunting adalah tanggung jawab bersama. Kampanye yang menyentuh hati, seperti kisah sukses anak yang terbebas dari risiko stunting, dapat memotivasi orang tua untuk lebih peduli.
Pendanaan juga menjadi aspek penting dalam keberlanjutan program pencegahan stunting. Pemerintah desa dapat mengalokasikan dana desa untuk mendukung kegiatan posyandu, pelatihan kader kesehatan, dan penyediaan makanan tambahan bergizi. Dengan pembiayaan yang cukup, intervensi gizi dapat dilakukan secara rutin dan tidak berhenti di tengah jalan. Konsistensi program menjadi kunci agar perubahan yang diinginkan dapat tercapai.