PEKANBARU, datariau.com - Dalam semangat memperingati Hari Pahlawan ke-80, Divisi Kajian dan Aksi Strategis Himpunan Mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum Universitas Muhammadiyah Riau (HIMADIKUM UMRI) menyelenggarakan kegiatan bertajuk Ngopi: Ngobrol Perkara Isu dengan tema “Hari Pahlawan Bukan untuk Nostalgia, tapi Melanjutkan Perjuangan.”
Kegiatan ini berlangsung hangat dan penuh makna dengan menghadirkan Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Riau, Gerakan Masyarakat Peduli Perempuan dan Anak (Germas PPA) Provinsi Riau, serta Mahasiswa Pecinta Alam (MAPALA) UMRI sebagai pemantik diskusi.
Para pemantik memberikan pandangan kritis dan edukatif mengenai makna kepahlawanan di era modern, tantangan moral pemuda, dan peran mahasiswa dalam menjaga arah perjuangan bangsa.
Acara ini dihadiri oleh mahasiswa lintas fakultas, organisasi intra dan ekstra kampus, yang bersama-sama berdialog tentang bagaimana semangat juang para pahlawan dapat diteruskan dalam konteks sosial-politik masa kini.
Bupati HIMADIKUM UMRI Lamhot Gabriel Nainggolan menegaskan bahwa, Pahlawan bukan sekadar nama di buku sejarah, melainkan kesadaran yang hidup dalam setiap tindakan hari ini.
"Jika dulu mereka melawan penjajahan fisik, kini kita melawan penjajahan moral dan ketidakadilan sosial. Hari Pahlawan bukan ruang nostalgia, tapi momentum untuk meneguhkan komitmen mahasiswa hukum agar tetap berdiri di sisi kebenaran," katanya.
Gubernur BEM Fakultas Hukum UMRI Syahruddin Ramadhan, memberikan sebuah pesan untuk mahasiswa terkait bagaimana forum pencerdasan itu adalah bentuk dari melanjutkan perjuangan para pahlawan.
“Perjuangan hari ini bukan lagi di medan perang, tapi di ruang-ruang akademik, kebijakan publik, dan advokasi masyarakat.
Mahasiswa hukum tidak boleh diam terhadap persoalan bangsa. Kita adalah penjaga moral hukum, karena ketika hukum bisu, mahasiswa harus bersuara,” katanya.
Kepala Divisi Kajian dan Aksi Strategis HIMADIKUM, Rabbi Fernanda mengucapkan terima kasih kepada seluruh yang hadir, forum tersebut merupakan pencerdasan yang selalu diselenggarakan oleh divisi kastrat.
“Ngopi kali ini bukan sekadar diskusi santai, tapi refleksi tajam atas makna perjuangan. Dari pertempuran fisik menuju pertempuran ide. Tugas kita bukan mengulang sejarah, tapi memastikan perjuangan itu tetap hidup dalam nalar, aksi, dan solidaritas mahasiswa,” paparnya.
Melalui kegiatan ini, HIMADIKUM UMRI menegaskan bahwa peran mahasiswa bukan sekadar pewaris perjuangan, tetapi pelanjut peradaban. "Semangat kepahlawanan tidak boleh berhenti di monumen atau peringatan, tetapi harus dihidupkan dalam tindakan nyata untuk keadilan dan kemanusiaan," pungkasnya.