Rajin Ikut Pengajian Untuk Menghindari Kebodohan

Oleh: Siti Maimunah
Admin
478 view
Rajin Ikut Pengajian Untuk Menghindari Kebodohan

DATARIAU.COM - Sudah bukan hal yang baru di semua kalangan, baik ibu-ibu, bapak-bapak bahkan remaja dan anak-anak sudah tertanam di benak mereka bahwa ngaji adalah aktivitas kebaikan yang akan mendekatkan kepada Allah Subahanahu wa Ta'ala Yang Maha Pencipta seluruh alam semesta beserta isinya.

Ketahuilah, manusia diciptakan dalam keadaan bodoh, tidak mengenal dan tidak tahu apa-apa. Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin rahimahullah memberi nasihat bahwa hendaknya niat dalam menuntut ilmu adalah untuk menghilangkan kebodohan yang ada pada diri sendiri maupun orang lain. Hal ini karena pada asalnya manusia dilahirkan dalam keadaan bodoh. Allah Ta’ala berfirman,

"Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun. Dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (An Nahl: 78)

Dalam ayat di atas, selanjutnya Allah menyebutkan tiga nikmat secara khusus yaitu pendengaran, penglihatan, dan hati karena kemuliaan dan keutamaanya. Ketiga hal ini merupakan kunci bagi setiap ilmu. Seorang hamba tidak akan memeperoleh ilmu kecuali melalui salah satu pintu ini. (Lihat Taisiir Al Kariimi Ar Rahman Surat Luqman).

Aktivitas yang bisa mendulang pahala ketika pemahaman yang didapat diaplkasikan di kehidupan keseharian. Bagaimana tidak, maraknya pengajian saat ini, baik itu kajian rutin di masjid-masjid baik siang dan malam hari, terlebih pula kajian menjelang Ramadhan, umat muslim berlomba-lomba menghadiri kajian untuk kembali mengulang-ulang materi tentang Ramadhan, alhasil menjadikan umat Islam yang tadinya sibuk pada pekerjaan dan kesibukan dunia memberikan waktunya untuk menghadiri majelis-majelis ilmu yang ada di sekitar tempat tinggal mereka.

Tetapi baru-baru ini ada pernyataan dari Ibu Megawati selaku Politisi yang menyindir ibu-ibu yang rajin ikut pengajian dan menghubungkannya dengan kasus stunting karena mengabaikan gizi anak pada acara “Seminar Nasional Pancasila dalam Tindakan: “Gerakan Semesta Berencana Mencegah Stunting, Kekerasan Seksual pada Anak dan Perempuan, Kekerasan dalam Rumah Tangga, serta Mengantisipasi Bencana” di Jakarta Selatan pada Kamis (16/2/2023).

Pernyataan Megawati ini sontak menghebohkan publik, banyak pihak menyayangkannya. Salah satunya adalah Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah KH Muhammad Cholil Nafis yang mengatakan, "Soal tidak senang ngaji, tak apalah, tapi tak usah usil dengan ibu-ibu yang rajin ngaji sampai kapan pun.” (Republika, 19-2-2023).

Oleh karenanya, merupakan hal aneh ketika ada yang menganggap buruk aktivitas mengkaji Islam dan menudingnya sebagai penyebab stunting. Bagaimana bisa seorang muslim menganggap buruk sebuah kewajiban yang Allah Subahanahu wa Ta'ala dan Rasulullah Shalallahu alaihi wa salam perintahkan? Apakah ini sikap yang boleh dimiliki oleh politisi negeri ini?

Apalagi ibu-ibu yang rajin datang ke pengajian ini dikaitkan dengan masalah stunting yang kini menjadi masalah krusial di Indonesia. Tidak bisa dipungkiri problem stunting ini tidak bisa dilepaskan dari kemiskinan structural akibat kapitalisme yang membelit Indonesia. Sedikitnya lapangan kerja sehingga para pencari nafkah di sini ayah kesulitan memenuhi kebutuhan pokok keluarganya, juga memaksa peran ibu yang ikut mencari nafkah di luar.

Mayoritas rakyat hidup dalam kemiskinan. Penghasilan rakyat minim, sedangkan harga bahan pangan terus meroket hingga tidak terjangkau. Lalu akibat kemiskinan tersebut, banyak rakyat yang tidak bisa mengonsumsi makanan bergizi sehingga mengalami stunting.

Bukan malah dikaitkan dengan aktivitas yang menambah ilmu agama, bukankah tugas meriayah rakyat (memelihara/mengurusi rakyat) adalah tugas Negara. Jadi seakan memberi kesan lempar tanggung jawab. Seolah-olah, apa pun masalahnya, selalu rakyat yang salah.

Dengan datang ke pengajian ibu-ibu akan mengetahui hukum Islam mengenai kehidupan berumah tangga, mendidik anak, mereka mengetahui apa yang Allah perintahkan dan larang. Lalu membentengi diri dengan keimanan dan ketakwaan, menjauhkan diri dari kemaksiatan yang marak terjadi di negeri ini seperti pergaulan bebas, perzinaan, riba, bahkan perselingkuhan yang haram hukumnya. Bahkan umat Islam jadi mengetahui ilmu bersedekah untuk menopang perekonomian umat dan mengetahui bahwa mereka akan berpulang kepada Allah. Maka harus membawa bekal ketika hidup di dunia dan di akhirat kelak. Wallahu a’lam. ***

JIKA MENEMUKAN BERITA KAMI TIDAK SESUAI FAKTA, SEGERA HUBUNGI 0813 3966 1966 (Chat WhatsApp Only)