Masa Depan Israel dan Kutukan Dekade Kedelapan

Oleh: Alfiah SSi
datariau.com
1.003 view
Masa Depan Israel dan Kutukan Dekade Kedelapan

DATARIAU.COM - Perang antara Israel-Hamas di Gaza kini memasuki perpanjangan gencatan senjata. Meski Israel sukses membuat Gaza porak poranda namun tidak bagi keimanan dan mental masyarakat Gaza. Keimanan dan mental mereka justru semakin kokoh. Hal ini bertolak belakang dengan mental tentara Israel dan masyarakatnya. Mereka justru banyak yang mengalami stres dan depresi. Apalagi kalau bukan karena ulah mereka sendiri.

Roda kejayaan selalu berputar. Mengutip pernyataan Abu Ubaidah, Juru Bicara Brigade Izuddin Al Qassam bahwa era menjual ilusi kepada dunia tentang mitos tentara yang tak terkalahkan, tank Merkava yang kebal, dan dugaan superioritas militer dan intelijen telah berakhir setelah kami (Hamas) menghancurkannya di depan mata dunia. Era kemerosotan Zionisme telah dimulai, dan kutukan dekade kedelapan akan menimpa mereka (Zionis Israel).

Kutukan "dekade ke-8" menjadi kalimat yang ramai diperbincangkan di tengah perang Israel-Hamas di Gaza. Para tokoh Zionis Israel dikabarkan takut dengan ujaran tersebut, yang diyakini sebagai isyarat runtuhnya negara Yahudi. Kalimat itu awalnya disuarakan juru bicara sayap militer Hamas Brigade Izz ad-Din al-Qassam Abu Ubaidah dalam pidato video pada 28 Oktober 2023.

Kutukan "dekade ke-8" sebenarnya merujuk pada ramalan yang beredar di kalangan Israel tentang masa akhir dari riwayat negara Yahudi tersebut. Kutukan dekade kedelapan akan menimpa mereka. Ramalan itu ada dalam kitab Taurat dan Talmud. Abu Ubaidah bahkan menantang Israel untuk membaca kitab Taurat dan Talmud dengan baik.

Bahkan mantan Perdana Menteri Israel Ehud Barak mengungkapkan kekhawatirannya bahwa kehancuran Israel akan terjadi sebelum ulang tahunnya yang ke-80. Dalam sebuah artikel di surat kabar Israel; Yedioth Ahronoth, Barak mengatakan, “Sepanjang sejarah Yahudi, orang-orang Yahudi tidak memiliki negara selama lebih dari 80 tahun kecuali dalam dua periode: periode King David (Raja Daud) dan periode Hasmonem, keduanya ditandai awal disintegrasinya pada dekade kedelapan."

Ehud Barak juga menambahkan bahwa pengalaman Negara Zionis Yahudi saat ini adalah yang ketiga dan sekarang memasuki dekade kedelapan, dan dia takut kutukan dekade kedelapan akan menimpa Negara Israel seperti yang terjadi pada dekade sebelumnya. Barak menunjukkan bahwa Israel bukanlah satu-satunya yang terkena "kutukan dekade kedelapan".

Perlu diketahui bahwa Amerika pecah dalam perang saudara pada dekade kedelapan, Italia berubah menjadi negara fasis pada dekade kedelapan. Jerman berubah menjadi negara Nazi pada dekade kedelapan dan menjadi penyebab kekalahan dan perpecahannya, dan pada dekade kedelapan negara tersebut revolusi komunis Uni Soviet hancur dan runtuh.

Ehud Barak sendiri mengakui Israel kini berada di lingkungan yang sulit dimana tidak ada belas kasihan bagi yang lemah. Ia juga memperingatkan konsekuensi mengerikan dari meremehkan ancaman apapun. Barak kemudian memperingatkan; Israel telah menunjukkan kapasitas yang tidak sempurna dalam kehadiran kedaulatan politik. Dekade kedelapan menandai dimulainya disintegrasi kedaulatan.

Ehud Barak mengungkapkan, pada dekade kedelapan keberadaannya, kerajaan dinasti Daud dan Sulaiman terbagi menjadi Yudea dan Israel. Pada dekade kedelapan kerajaan Hasmonean, polarisasi internal muncul, dan perwakilan sayap melakukan ziarah ke Pompeius di Suriah, dan menuntut pembongkaran kerajaan Hasmonean dan sayap mereka menjadi bawahan Roma sampai penghancuran Kuil Kedua. Proyek Zionis adalah upaya ketiga dalam sejarah. Israel telah mencapai dekade kedelapan dan terobsesi dengan secara terang-terangan mengabaikan peringatan Talmud, mempercepat kehancuran, dan terlibat dalam kebencian bebas.

Proposisi ini juga diadopsi oleh jurnalis Ari Shavit, yang mengulas -dalam bukunya “The Third House” dengan mengacu pada “Negara Israel”- bagaimana Israel menjadi “musuh terbesar bagi diri mereka sendiri dalam dekade kedelapan kemerdekaan Israel.” "Tantangan keamanan dapat dihadapi, namun disintegrasi identitas tidak dapat diatasi,” tulis jurnalis tersebut, yang dikutip dari Al Jazeera, Kamis (23/11/2023).

Ari Shavit mempertanyakan apa yang dia gambarkan sebagai "keajaiban Israel" dan apa yang menjelaskan kelangsungan keberadaannya selama dekade ini, dan apa ancaman eksistensial baru yang dihadapi negara Yahudi, dengan menunjukkan bahwa Israel sedang menyaksikan keadaan disintegrasi internal dan berupaya untuk menyusunnya kembali. Ari Shavit pun mengungkapkan bahwa tidak akan ada rumah keempat. Israel adalah kesempatan terakhir bagi orang-orang Yahudi.

Ari Shavit mengakui bahwa dalam beberapa tahun terakhir, ada sesuatu yang tidak beres. Meskipun Israel merupakan kisah sukses yang jarang terjadi, negara ini terkoyak, terluka, kesakitan dan berdarah. Israel tersesat dan kehilangan kompasnya. Analis Israel Rogel Alver percaya bahwa Israel menandatangani sertifikat kehancurannya, dan menghubungkan hal ini dengan beberapa alasan, termasuk perang multi-front, selain disintegrasi internal, korupsi yang merajalela, konflik internal antara arus Yahudi, dan konflik budaya dalam masyarakat Israel.

Alver pun pernah menulis di Haaretz, "Dalam perang Israel berikutnya dengan musuh, penduduk Yahudi di negara tersebut akan menerima perintah untuk bunuh diri." Dia ingat bahwa ketika tentara Mesir memenangkan dan menduduki kota Nitzanim selama perang tahun 1948 di selatan negara Yahudi, kepala staf IDF saat itu memerintahkan tentara dan perwira Yahudi untuk bertempur sampai mati. Serta membunuh perwira dan tentara Yahudi yang memutuskan mundur.

Mengenai ramalan akhir dari negara Israel ternyata pernah diungkapkan oleh Sheikh Ahmed Ismail Hassan Yassin, salah satu tokoh pendiri Hamas yang telah lama meninggal. Kali ini terkait prediksinya tentang Negara Israel yang akan lenyap pada 2027 mendatang. Prediksi itu sebenarnya disampaikan Yassin saat wawancaranya dengan jurnalis Al Jazeera, Ahmed Mansour, pada 8 Mei 1999. Yassin meninggal pada 2 Maret 2004.

Kepada Al Jazeera, Sheikh Yassin menjelaskan bahwa Israel berdiri di atas kezaliman dan penindasan, sehingga segala sesuatu yang lahir dari penindasan akan berakhir pada kehancuran. Israel memang didukung oleh kekuatan yang besar, namun kekuatan itu tidak ada yang kekal. Dia mengibaratkan kekuatan itu sama halnya seperti manusia yang lahir, tumbuh, besar, tua dan kemudian meninggal. Sama halnya dengan sebuah negara. Negara akan tumbuh, berkembang sedikit demi sedikit, berada pada puncak kejayaannya kemudian akan hancur.

Sheikh Yassin menyampaikan prediksi tentang lenyapnya Negara Israel ketika negara itu berusia 50 tahun. Ia memprediksi Insya Allah Israel akan hancur di awal abad mendatang, tepatnya pada 2027, Israel tidak akan ada lagi. Menurutnya, analisa tersebut dia yakini dari Al-Qur'an. Dia mengatakan ada fase generasi setiap 40 tahun akan berubah.

"Karena saya beriman kepada Al-Qur'an yang mulia, Al-Qur'an mengatakan generasi akan berubah setiap 40 tahun," katanya dalam wawancara tersebut.

Sheikh Yassin pun mengungkapkan dalam 40 tahun pertama mereka menghadapi Nakba (pada 1948), 40 tahun kedua mereka memulai Intifada (pada 1987) yang mana rakyat Palestina melakukan penentangan peperangan pengeboman terhadap Israel, 40 tahun ketiga akan berakhirnya entitas Israel, Insya Allah.

Rujukan Al-Qur'an, Allah Ta'ala menghukum bani Israil tidak keluar dari padang pasir selama 40 tahun supaya apa? Supaya menukarkan dari generasi yang sakit sudah berputus asa dengan generasi pejuang. Benar saja, Gerakan Nakba yang pertama telah pergi, diganti dengan generasi pelempar batu dan pelempar bom, generasi seterusnya adalah generasi pembebas, Insya Allah.

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, "Akan ada sebuah kelompok dari umatku yang akan mendapat kemenangan dalam agama ini, dan mereka akan mengalahkan musuh-musuh mereka. Mereka tidak akan diganggu oleh orang-orang yang berbeda dengan mereka kecuali sekedar penyiksaan dan kesengsaraan sampai datang ketetapan dari Allah dan mereka berada di atasnya. Sahabat bertanya, Wahai Rasulullah, dimanakah mereka berada?" Beliau menjawab, "Mereka berada di Baitul Maqdis dan sekitarnya". (HR Ahmad & Thabrani). ***

JIKA MENEMUKAN BERITA KAMI TIDAK SESUAI FAKTA, SEGERA HUBUNGI 0813 3966 1966 (Chat WhatsApp Only)