Two State Solution dari Perspektif Gen Z: Benarkah Solusi yang Solutif atau hanya Narasi Manipulatif

Oleh: E Maznah Awiyah
datariau.com
95 view
Two State Solution dari Perspektif Gen Z: Benarkah Solusi yang Solutif atau hanya Narasi Manipulatif

DATARIAU.COM - "Kebebasan tidak pernah diberikan secara sukarela oleh penindas; kebebasan harus dituntut oleh kaum tertindas" (Xavier University)

Intermezo

Two State Solution (Solusi dua negara) merupakan salah satu inisiatif negosiasi dominan dalam ikhtiar mengakhiri konflik Palestina-Israel menurut negara-negara barat seperti Inggris, Perancis dan USA. Sejatinya misi utama rekonsiliasi ini adalah menciptakan konsistensi perdamaian yang permanen, dimana Palestina dan Israel masing-masing diakui sebagai sebuah negara setelah konflik yang berkepanjangan.

Namun konsepsi ini menimbulkan konfrontasi perspektif yang signifikan terhadap apa yang dirasakan oleh rakyat Palestina dalam konteks rasa ketidakadilan, kezaliman, intimidasi dan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Mengapa? Karena Zionis Yahudi ini melalui pemerintahan ilegalnya yang dipimpin oleh Benyamin Netanyahu Laknatullah alaih sebagai perdana menterinya telah menolak eksistensi Negara Palestina secara eksplisit.

Ironisnya lagi setelah peristiwa tanggal 7 Oktober 2023, Zionis Yahudi semakin agresif terhadap penduduk Palestina, khususnya di Gaza. Mereka melakukan serangan secara masif yang membuat penduduk Gaza mengalami pembatasan kebebasan bergerak, pendeportasian, penjarahan, pembantaian dan kini genosida (pembunuhan massal). Namun ironisnya tidak ada sanksi apapun terhadap pemerintahan ilegal Zionis Yahudi tersebut. Na'udzubillah min dzalik!

Aksi Humanitas Universal Gen Z Dunia

“Jika kebebasan berbicara dirampas, maka kita yang bisu dan diam akan digiring seperti domba ke pembantaian” (George Washington)

Sejatinya, selama ini dunia telah dimanipulatif oleh media-media Barat tentang tirani zalim Zionis Yahudi terhadap penduduk Palestina, khususnya Gaza. Melalui media massa dan media elektronik, mereka mengerahkan para buzzer level dunia untuk memublikasikan narasi-narasi yang manipulatif tentang semua aksi kebiadapan ekstrem Zionis Yahudi di Gaza. Namun biidznillah, aksi kebrutalan dan nirempati Zionis Yahudi yang masif ini kemudian menjadi trigger yang menstimulasi aksi humanitas universal mayoritas penduduk dunia lintas negara, terutama kaum muda gen Z.

Seperti yang dilakukan oleh komunitas Bandung Students For Justice In Palestina (BandungSJP), yang ikut aktif menggalang atensi masyarakat dan generasi muda gen Z terhadap agenda gerakan solidaritas global Sumud Flotilla. Hal ini dilakukan sebagai bentuk protes terhadap kegagalan dunia dalam mengatasi konflik kemanusiaan paling ekstrem yang terjadi di Gaza. Dengan tagline "When Aid is stopped, Humanity is attacked." Akun Instagram @bandungsjp, (02/10/2025)

Seyogyanya atensi, empati dan koneksi dari gen Z lintas negara ini harus kita apresiasi dan kita sikapi dengan bijak, karena itu bermakna gen Z punya perspektif yang tak lagi melulu bisa didikte dan didoktrin oleh tirani kekuasaan manipulatif dari manapun.

Agenda Solidaritas Global Sumud Flotilla

"Tak perlu menjadi muslim untuk membela Palestina. Cukup menjadi manusia!” (Reccep Tayyip Erdogan)

Global Sumud Flotilla merupakan inisiatif gerakan maritim solidaritas internasional yang berlayar untuk menembus blokade Israel di Jalur Gaza. Kata "sumud" diambil dari bahasa Arab yang merepresentasikan sikap keteguhan (resiliensi), ketegaran, dan kesabaran rakyat Palestina untuk bertahan di tengah blokade dan agresi Israel yang tanpa batas dan amoral, hampir dua dekade.

Banyak aktivis kemanusiaan dari berbagai penjuru dunia, termasuk aktivis lingkungan terkenal dari Swedia Greta Tintin Eleonora Ernman Thunberg juga ikut berpartisipasi menghimpun dukungan dari koalisi 37 negara. Mengutip info dari portal resmi Global Sumud Flotilla, pada hakikatnya gerakan ini merupakan eksistensi koalisi masyarakat madani dunia lintas negara yang terdiri dari dokter, akademisi, aktivis, intelektual hingga seniman.

Aksi kemanusiaan ini prioritasnya adalah menuntut agar dunia, khususnya lembaga Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk speak up dan quick action dalam penegakan hukum internasional terhadap Zionis Yahudi untuk menghentikan blokade terhadap Gaza serta memberikan kepastian dan perlindungan bagi para warga sipil Palestina.

Oleh sebab itu, ketika kapal-kapal Global Sumud Flotilla yang membawa santunan simbolis kemanusiaan seperti kebutuhan bayi, makanan, dan obat-obatan untuk Gaza telah dibawa paksa secara ilegal oleh Israel, maka dunia internasional refleks bereaksi. Demo besar-besaran pun terjadi di banyak negara seperti London, Paris, Roma, Broksel dan seluruh masyarakat dunia lainnya.

Mengapa? Karena ketika misi internasional itu diblokade, artinya Israel indirectly telah menyerang, melukai dan mengkhianati seluruh nilai-nilai kemanusiaan. Ini artinya, mereka tidak bisa lagi diajak berkompromi dengan bahasa perdamaian tetapi hanya dengan satu alternatif, yaitu bentrokan senjata alias peperangan.

Two State Solution, Narasi Manipulatif atau Solusi dari Perspektif Gen Z

"Kita tahu betul bahwa kebebasan kita tidak lengkap tanpa kebebasan rakyat Palestina" (Nelson Mandela)

Pada faktanya, solusi dua negara dapat diinterpretasikan sebagai tindakan dehumanisasi dan bukti ketidakadilan dunia terhadap rakyat Palestina. Relevan dengan hal tersebut, maka ada beberapa poin yang wajib dicermati oleh gen Z terhadap narasi solusi dua negara ini, antara lain:

1. Inkonsistensi dunia internasional terhadap pengakuan kedaulatan negara Palestina

2. Proses negosiasi yang stagnan, dimana hak dan aspirasi rakyat Palestina tidak menjadi konsen utama

3. Sikap apatis dunia internasional terhadap pelanggaran HAM dan krisis kemanusiaan hampir dua dekade yang terjadi di Gaza

JIKA MENEMUKAN BERITA KAMI TIDAK SESUAI FAKTA, SEGERA HUBUNGI 0813 3966 1966 (Chat WhatsApp Only)