Dampak Penyakit Paru Obstruktif Kronis Mengakibatkan Penurunan Kualitas Hidup Penderita, Berikut Gejala dan Cara Pencegahannya

Datariau.com
799 view
Dampak Penyakit Paru Obstruktif Kronis Mengakibatkan Penurunan Kualitas Hidup Penderita, Berikut Gejala dan Cara Pencegahannya

DATARIAU.COM - Triya Damayanti dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengatakan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) memiliki potensi dapat berubah menjadi perburukan gejala atau eksaserbasi.

"Gejalanya bisa semakin memburuk atau progresif secara perlahan. Ada suatu masa ketika pasien PPOK menjadi eksaserbasi, jadi kayak seperti serangan, penambahan gejala dari yang biasanya," kata Triya.

Pada kondisi eksaserbasi, penderita akan mengalami sesak napas dan produksi dahak yang meningkat, serta laju napas dan nadi menjadi lebih cepat.

Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FK UI Prof dr Wiwien Heru Wiyono SpP(K) mengatakan, kondisi eksaserbasi mempercepat penurunan fungsi paru-paru.

Hal ini menjadi ciri utama perburukan PPOK. Eksaserbasi PPOK juga dapat mengakibatkan berkurangnya aktivitas fisik, kualitas hidup yang lebih buruk, serta peningkatan risiko kematian pada kasus yang lebih berat.

"Setiap kali eksaserbasi PPOK terjadi mungkin meninggalkan kerusakan paru permanen dan ireversibel sehingga lebih sulit bagi pasien untuk bernapas dan meningkatkan perkembangan gejala yang lebih buruk ke depannya," kata Wiwien.

Cegah perburukan


Senada dengan Wiwien, Triya menambahkan eksaserbasi PPOK menyebabkan fungsi paru yang tidak lagi sama seperti kondisi normal.

Mengingat bahaya yang ditimbulkan maka salah satu tujuan spesialis paru mengobati PPOK yaitu menghindari jangan sampai penderita mengalami eksaserbasi.

Untuk mencegah perburukan dan eksaserbasi serta mencapai hasil pengobatan PPOK sesuai yang diharapkan maka diperlukan kesadaran bersama untuk memahami sifat dan perjalanan PPOK, juga mengawali pengobatan PPOK yang tepat lebih dini.

"Ketika pasien datang, kemudian kita diagnosis, berikan obat yang sesuai fenotipenya. Jadi, sifat-sifat yang paling menonjol, dominan dari pasien karena pasien PPOK A dan pasien PPOK B mungkin berbeda-beda karakteristiknya," kata Triya.

Wiwien juga menekankan pentingnya spesialis paru mendiagnosis PPOK berdasarkan fenotipe masing-masing pasien sehingga tepat sasaran dalam memberikan pengobatan. Diharapkan upaya ini dapat menekan angka kematian pada PPOK.

Menurut Wiwien, pemberian terapi oksigen menjadi langkah pertolongan pertama yang harus dilakukan pada eksaserbasi PPOK saat penderita mengeluhkan sesak napas.

Follow Berita datariau.com di Google News

JIKA MENEMUKAN BERITA KAMI TIDAK SESUAI FAKTA, SEGERA HUBUNGI 0813 3966 1966 (Chat WhatsApp Only)