Dijanjikan Kerja Digital di Luar Negeri Berujung Perdagangan Manusia dan Penipuan AI

Najwa
298 view
Dijanjikan Kerja Digital di Luar Negeri Berujung Perdagangan Manusia dan Penipuan AI
Foto: kitalulus.com

DATARIAU.COM - Ketatnya persaingan kerja di bidang teknologi membuat banyak pekerja muda Indonesia tergoda oleh lowongan kerja yang bertebaran di media sosial seperti Facebook dan Telegram. Iklan-iklan tersebut menawarkan posisi menarik seperti digital marketing, spesialis SEO, hingga content creator di perusahaan teknologi asing dengan gaji menggiurkan dan kesempatan bekerja di luar negeri.

Namun di balik tawaran menarik tersebut, tersembunyi jebakan mematikan. Alih-alih bekerja di kantor modern dengan jabatan dan gaji bagus, para pencari kerja ini justru dijebak, diperdagangkan lintas negara, lalu dikurung dalam kamp-kamp penipuan yang dikelola sindikat kriminal.

Di kamp tersebut, mereka dipaksa menipu orang di seluruh dunia dengan bantuan teknologi canggih seperti deepfake, chatbot AI, dan voice cloning. Hal ini diungkap dalam laporan terbaru bertajuk "AI scam factories force trafficked workers to defraud global victims" yang dipublikasi outlet berita Rest of The World.

Salah satu korban bernama Dicky Wahyudin, pria berusia 25 tahun asal Jawa Barat. Ia melihat unggahan Telegram pada Desember lalu yang mengiklankan pekerjaan pemasaran di salah satu perusahaan e-commerce terbesar di Asia Tenggara. Ia dijanjikan gaji 800 dollar AS dan kesempatan untuk tinggal di Bangkok.

"Saya bawa semua kostum dan sepatu karena berpikir akan buat konten di Thailand. Tapi saya malah dijebak," kata Dicky. Di bandara Bangkok, dia diculik dan dibawa ke Myanmar, di mana dia berakhir di kompleks berbenteng untuk mencari korban di aplikasi kencan China. Dia harus membujuk target untuk menginvestasikan setidaknya 10.000 dollar AS setiap bulan di platform e-commerce palsu.

Korban lain adalah seorang lulusan IT berusia 26 tahun dari Sumatera Barat. Setelah wawancara kerja dengan perekrut di Telegram, ia ditempatkan di kantor satelit perusahaan di Kamboja dan dijanjikan gaji 800 dollar AS per bulan. Ia tidak menyadari bahwa dirinya diperdagangkan sampai paspornya disita di Phnom Penh, Kamboja.

Ia lalu dikirim ke kompleks tertutup dijaga bersenjata, tempat ia bekerja 15 jam sehari menipu korban dari seluruh dunia. Saat menipu, ia menggunakan identitas palsu serta membangun hubungan asmara palsu lewat aplikasi kencan dan media sosial. Bahkan harus melakukan panggilan video menggunakan teknologi deepfake untuk menyamar menjadi sosok cantik di Facebook dengan suara yang dimanipulasi AI hanya dari potongan audio 20 detik.

Kementerian Luar Negeri RI mencatat lebih dari 6.700 warga Indonesia telah tertipu lowongan kerja palsu di media sosial sejak 2020. Banyak di antaranya adalah generasi muda yang ingin bekerja fleksibel dengan teknologi.

Modus ini tidak hanya menyengsarakan para korban yang direkrut, tapi juga merugikan jutaan orang yang tertipu. Menurut Komisi Perdagangan Federal AS, warga Amerika kehilangan sekitar 12,5 miliar dollar tahun lalu akibat penipuan investasi yang banyak dijalankan dari kamp-kamp ini. Secara global, sindikat ini diperkirakan meraup keuntungan 40 miliar dollar AS setiap tahunnya.

Menteri Perlindungan Pekerja Migran Abdul Kadir Karding mengatakan Indonesia telah menghentikan lebih dari 7.000 rekrutmen ilegal secara online. Pemerintah juga membentuk divisi khusus untuk melawan modus ini. Platform seperti Telegram dan Meta mengeklaim telah mengambil langkah pencegahan dengan memblokir jutaan penipuan setiap hari dan menghapus jutaan akun palsu.

Namun pakar keamanan siber Alfons Tanujaya menilai platform belum cukup tanggap. "Cuma butuh satu-dua orang buat bikin sistem penipuan seperti ini. Bahkan pekerja tak terampil bisa belajar alurnya dalam sehari," ujarnya.

Fakta ini menunjukkan bahwa perlawanan terhadap sindikat penipuan online tak cukup hanya dengan moderasi konten. Diperlukan kerja sama lintas negara, penegakan hukum tegas, dan edukasi masyarakat agar mimpi anak muda Indonesia untuk bekerja di dunia digital tak berakhir di kamp penipuan.***

Sumber: kompas.com

Penulis
: Najwa
JIKA MENEMUKAN BERITA KAMI TIDAK SESUAI FAKTA, SEGERA HUBUNGI 0813 3966 1966 (Chat WhatsApp Only)