DATARIAU.COM - Berdasarkan studi baru yang dibuat oleh Oracle dan Workplace Intelligence, sebuah penelitian dan penasihat SDM perusahaan, bahwa pandemi Covid-19 telah membuat banyak orang, khususnya karyawan beralih ke robot dan membuat orang merasa kesepian sampai ada yang terputus dari kehidupan mereka sendiri.
Studi menyebutkan, 88% responden percaya robot dan teknologi mampu mendukung karier mereka lebih baik daripada manusia karena dapat memberikan rekomendasi yang tidak bias (41%); memberikan sumber daya yang disesuaikan dengan keterampilan atau tujuan mereka saat ini (38%); atau menjawab pertanyaan tentang karir mereka dengan cepat (37%).
Studi itu dilakukan terhadap lebih dari 14.600 karyawan, manajer, pemimpin sumber daya manusia (SDM), dan eksekutif ?C level? di 13 negara. Yang mana menemukan bahwa orang-orang di seluruh dunia merasa stuck dalam kehidupan pribadi dan profesional mereka, dan ingin dapat kembali mengendalikan masa depan mereka.
Tercatat ada lebih dari 6.000 responden mengikuti studi global ini dari negara-negara Asia-Pasifik termasuk Australia, Tiongkok, India, Jepang, Korea, dan Singapura.
Dan Schawbel, mitra pengelola, Workplace Intelligence mengatakan dalam 1,5 tahun terakhir banyak orang telah mengubah caranya bekerja, termasuk di mana kita bekerja dan untuk siapa kita bekerja. Meskipun ada banyak tantangan bagi karyawan dan pemberi kerja, ini merupakan peluang untuk mengubah tempat kerja menjadi lebih baik.
?Hasilnya dengan jelas menunjukkan bahwa investasi dalam pengembangan keterampilan dan karier sekarang menjadi pembeda utama bagi perusahaan karena memainkan peran penting dalam kenyamanan karyawan seperti mereka memiliki kendali atas kehidupan pribadi dan profesional mereka. Perusahaan yang berinvestasi pada karyawan mereka dan membantu mereka menemukan peluang akan menuai manfaat dari tenaga kerja yang lebih aktif dan produktif,? ujarnya dalam siaran pers, Jumat (12/11).
Studi menunjukkan, 80% orang merasa terkena dampak negatif dari tahun lalu serta banyak yang kesulitan dari sisi finansial (31%); menderita penurunan kesehatan mental (29%); motivasi karier kurang (25%); merasa lebih kesepian (25%); dan merasa terputus dari kehidupan mereka sendiri (22%).
Di samping itu, 63% menganggap 2021 sebagai tahun paling stres di tempat kerja. Ada lebih dari setengah (55%) orang merasa berjuang lebih banyak dengan kesehatan mental di tempat kerja lebih banyak pada tahun ini daripada 2020.
Head of Applications Oracle Indonesia, Iman Muhammad menuturkan, sejak pandemi satu setengah tahun yang lalu, pola dan model lingkungan kerja di Indonesia dan negara lainnya mengalami perubahan yang drastis baik dalam cara kita bekerja, di mana kita bekerja dan untuk siapa kita bekerja.
Akibatnya, banyak para karyawan mengevaluasi kembali apa arti dari kesuksessan bagi diri mereka sendiri, dan berusaha untuk mendapatkan kembali tali kendali agar bisa mengkontrol baik kehidupan pribadi maupun karier pekerjaan mereka.
?Untungnya, saat ini ada teknologi yang dapat membantu untuk memandu karyawan di perusahaan dan mereka yang ingin maju, harus siap untuk menerimanya. Bagi pelaku bisnis di Indonesia, studi ini merupakan call to action yang sangat jelas. Dengan memanfaatkan teknlogi yang tepat seperti AI untuk SDM, akan membantu karyawan dalam mempelajari keterampilan baru untuk kemajuan karier karyawan tersebut, dan juga memungkinkan mereka untuk dapat sukses di lingkungan kerja masa depan,? kata Iman.
Untuk mempertahankan dan menumbuhkan talenta terbaik di tengah perubahan dinamika tempat kerja, perusahaan perlu lebih memperhatikan kebutuhan karyawan dari sebelumnya dan memanfaatkan teknologi untuk memberikan dukungan yang lebih baik.
89% orang ingin teknologi untuk membantu menentukan masa depan mereka dengan merekomendasikan cara untuk mempelajari keterampilan baru (40%); mengidentifikasi keterampilan yang perlu mereka kembangkan (39%); dan dapat memberikan saran atas langkah selanjutnya untuk maju menuju tujuan karier mereka (37%).
91% orang percaya bahwa perusahaan mereka harus berbuat lebih banyak untuk mendengarkan kebutuhan mereka dan 61% lebih mungkin bertahan di perusahaan yang menggunakan teknologi canggih seperti AI untuk mendukung pertumbuhan karier.