DATARIAU.COM - "Jika ingin melihat keadaan suatu bangsa maka lihatlah pemudanya" (Ali bin Abi Thalib)
Intermezo
Pemuda sebagai generasi penerus, calon pemimpin negara, inisiator perubahan yang krusial dalam mewujudkan cita-cita bangsa kedepannya, haruslah memiliki value dan karakter yang berkualitas, kompeten, tidak apatis, independen, dan berintegritas serta memiliki konsepsi politik yang konstruktif. Mengapa? Karena potret masa depan suatu bangsa itu terlihat dari bagaimana POV (Point of View) generasi mudanya saat ini, terutama dari kalangan milenial dan Gen Z.
Keadilan yang Dimutilasi
Perkembangan isu-isu sosial dan politik dalam negeri, yang berujung pada terjadinya demo-demo massal hampir di setiap daerah dan melibatkan para gen Z, telah mendeskripsikan bahwa kesadaran politik para gen Z harus dicermati, diapresiasi, dan direspons secara bijak oleh pemerintah.
Disadari atau tidak, para gen Z ini mulai peka terhadap pergolakan politik yang ada. Hal itu menjadi trigger bagi mereka untuk memperjuangkan dan menuntut perubahan terhadap rasa keadilan yang dimutilasi, tingkat kesejahteraan, dan hak hidup orang banyak. Dimana acapkali rasa ketidakadilan itu lahir, akibat dari regulasi yang dilegitimasi oleh para pejabat dan otoritas yang berwenang dari para petinggi negeri ini.
Kriminalisasi Kesadaran Politik Gen Z
Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Anis Hidayah, mengingatkan adanya potensi pelanggaran HAM dalam penetapan 295 tersangka anarkisme berusia anak dalam kerusuhan pada akhir Agustus 2025. Apalagi jika penetapan tersangka tersebut tidak sesuai dengan hukum acara pidana dalam sistem peradilan pidana anak (SPPA). Kompas.com, (26/9/2025).
Ironisnya, kesadaran politik para gen Z ini malah dikriminalisasi dengan cara-cara kekerasan, intimidasi dan label anarkisme. Padahal kriminalisasi terhadap aktivitas-aktivitas politik gen Z dapat dianggap sebagai pelanggaran HAM serta prinsip-prinsip keadilan yang ada.
Kriminalisasi kesadaran politik Gen Z ini tentu saja merupakan representasi dari sistem Demokrasi Kapitalisme yang hanya mengakomodir pada pihak-pihak yang pro, dan mengkriminalisasi pihak-pihak yang kontra dengan penguasa oligarki.
Perjuangan untuk perubahan sering dibenturkan pada konsekuensi hukum yang bias. Hal ini tentu saja merupakan bentuk konkret tindakan pemberangusan hak untuk bersuara para generasi muda agar tidak mengkritisi para penguasa oligarki. Mereka dibungkam dengan tirani kekuasaan. Wadidaw!
Kesadaran Politik Generasi Muda dalam Perspektif Islam
"Anak muda itu memang minim pengalaman, maka dari itu mereka tidak menawarkan masa lalu. Mereka menawarkan masa depan" (Anies Baswedan)
Islam memandang generasi muda sebagai agent of change (agen perubahan). Kontribusi dari generasi muda ini justru menjadi trigger terjadinya reformasi yang signifikan dalam mengikhtiarkan dan merealisasikan prinsip-prinsip keadilan.
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam bersabda: "Siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; jika tidak mampu juga, maka dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-lemahnya iman." (HR. Muslim)
Dalam perspektif Islam, mengkritisi para pemilik otoritas lalim dengan tirani kekuasaannya merupakan perbuatan yang Amar Ma'ruf Nahi Munkar" (Âmru bil ma'rûf wa nahy 'an al-munkar) yang artinya memerintahkan kebaikan (amar ma'ruf) dan melarang kemungkaran/keburukan (nahi munkar). Sehingga membela keadilan dengan nilai-nilai kebenaran di dalamnya merupakan kewajiban dan bernilai ibadah bagi setiap muslim.
Pemimpin yang Adil
"Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya" (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam sistem khilafah (kepemimpinan Islam), kaum muda diberikan edukasi direktif dengan basis siyasah nafsiyah yang kuat dan mengkristal dalam diri kaum mudanya, sehingga kesadaran politiknya tidak hanya merupakan ekspresi emosi tanpa batas dan tidak proporsional seperti anarkisme, tetapi sebaliknya terfokus dan terprioritas pada upaya untuk memperjuangkan dan mendapatkan ridha Allah Subahanahu wa Ta'ala semata.
Konsep Islam dalam leadership memberikan tutorial sempurna tentang urgensinya sikap objektif dan responsibilitas. Partisipasi aktif generasi muda harus inklusif, mendesain ruang dialog yang konstruktif dalam mekanisme pengambilan kebijakan dan regulasi untuk menciptakan leadership yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam kaffah.
Sebagaimana firman Allah Subahanahu wa Ta'ala dalam Al-Qur'an yang artinya: "Dan hendaklah kamu berlaku adil; itu lebih dekat kepada takwa". (QS. Al-Ma'idah: 8)
Penutup
Bukan untukmu yang merasa paling suci dengan harokahmu (organisasi pergerakanmu). Bukan juga untukmu yang merasa paling hebat dengan eksistensi dirimu. Tapi ini untuk kalian, yang berjuang bukan untuk seseorang. Bukan juga untuk kedudukan dan materi. Tidak kawan, kita tidak mengharapkan kedudukan dan eksistensi. Yang kita harapkan hanyalah keridhoan Allah dan keberkahannya. (The Diary Thufail Al-Ghifari)
Wallahua'lam Bishawab.***
*) Penulis merupakan Pegiat Literasi asal Dumai - Riau