DATARIAU.COM - Pendidikan menjadi hal vital dalam menentukan masa depan suatu bangsa. Pola pikir seseorang akan terbentuk dari pendidikan. Baik buruknya seseorang juga pendidikan sebagai penentunya. Pendidikan menjadi suatu hal yang harus diperhatikan oleh negara. Tatkala semua rakyat dalam suatu bangsa mengenyam pendidikan dengan layak, maka tak dipungkiri bangsa tersebut akan meraih masa depan yang indah dan cerah. Namun sebaliknya, tatkala rakyat dalam suatu bangsa tidak mengenyam pendidikan dengan layak, maka bangsa tersebut akan memiliki nasib yang suram dan buram.
Menurut Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), Tatang Muttaqin mengatakan ada 3,9 juta lebih anak yang tidak bersekolah. Menurutnya penyebab anak tidak sekolah (ATS) banyak faktor diantaranya faktor ekonomi, membantu orang tua mencari nafkah, menikah, merasa pendidikan cukup, disabilitas, akses yang jauh dan faktor lainnya. Dari faktor yang ada, faktor ekonomi dan membantu mencari nafkah orang tua menjadi faktor terbesar tingginya angka anak tidak sekolah. Sebanyak 25,55 persen karena ekonomi dan sebanyak 21,64 persen karena mencari nafkah.
Melihat tingginya anak tidak sekolah di negeri ini pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan untuk menyelesaikan persoalan ini. Diantaranya ada Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP). Melihat solusi ini menurut Tatang kesenjangan akses pendidikan antara keluarga miskin dan kaya masih cukup besar meskipun BOS dan KIP sudah disalurkan.
Selain itu pemerintah juga memiliki gagasan baru yaitu Sekolah Rakyat untuk anak orang miskin (kurang mampu) dan Sekolah Garuda Unggul untuk siswa yang memiliki prestasi di atas rata-rata berdasarkan penilaian tertentu. Sekolah Unggul Garuda akan dibangun di wilayah pelosok Indonesia utamanya yang tidak memiliki SMA unggulan. Berharap dari solusi ini semua anak-anak dapat mengakses pendidikan dengan mudah.
Jika kita amati secara cemerlang, solusi yang diberikan pemerintah saat ini masih belum menuntaskan persoalan pendidikan. Saat ini masih banyak anak-anak yang tidak mengenyam pendidikan. Meskipun pemerintah sudah menyediakan fasilitas pendidikan gratis namun kebutuhan untuk belajar masih belum di penuhi secara gratis. Seperti seragam sekolah, alat-alat tulis, buku tulis dan buku panduan untuk belajar masih harus dipenuhi sendiri oleh orang tua. Disaat ekonomi saat ini sulit maka bagi orang yang tidak mampu tetap tidak dapat membelinya dan mengakses pendidikan gratis yang sudah diberikan pemerintah.
Hadirnya solusi sekolah rakyat juga semakin memperlihatkan adanya kelas di tengah-tengah rakyat. Kelas miskin dan kelas kaya. Sekolah rakyat seolah disematkan hanya kepada orang-orang miskin saja. Kata rakyat menjadi kata yang tertuju pada orang-orang miskin. Sejatinya pendidikan menjadi hak semua warga negara. Dalam pemenuhan kebutuhan dasar ini seharusnya semua rakyat mendapat fasilitas, perlakuan dan pelayanan yang sama.
Tampak jelas solusi yang diberikan belum menyentuh akar masalah dari persoalan. Sebenarnya persoalan mendasar sulitnya anak-anak mengakses pendidikan terletak di persoalan ekonomi dan membantu mencari nafkah. Seharusnya solusi yang diberikan menyentuh persoalan mendasar. Dari persoalan ekonomi yang menjadi penyebab utama, juga memperlihatkan kepada kita bahwa pendidikan menjadi komoditas mahal yang tidak semua orang mampu untuk mengaksesnya.
Ungkapan mahalnya pendidikan saat ini menjadi kewajaran. Sistem kapitalis yang menjadi asas negeri ini sebenarnya yang membuat pendidikan menjadi mahal. Dalam kapitalis, pendidikan dipandang sebagai komoditas. Dari pandangan seperti ini, maka dimensi keuntungan menjadi tujuan dalam penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan dijadikan peluang bisnis untuk menjadi lumbung uang. Saat pendidikan dijadikan peluang bisnis, disaat itulah pendidikan menjadi mahal alias berbayar. Meskipun pemerintah sudah berupaya menyediakan pendidikan gratis namun tetap saja tidak mampu menyelesaikan persoalan pendidikan.
Berbeda dengan pandangan Islam. Islam memandang bahwa pendidikan menjadi hak mendasar bagi seluruh rakyat baik kaya, miskin, di kota maupun di desa. Seluruh rakyat wajib mengenyam pendidikan. Negara secara langsung bertanggung jawab memenuhi seluruh kebutuhan dasar rakyat termasuk pendidikan. Negara berperan sebagai penyelenggara dan pembiayaan pendidikan secara langsung.
Pendidikan dalam negara Islam diselenggarakan untuk membentuk generasi yang bersyakhsiyah Islam yakni memiliki pola pikir dan pola sikap yang Islam. Penanaman akidah menjadi pegangan bagi para terdidik untuk mengarungi kehidupan. Ilmu-ilmu terapan untuk mengasah intelektualitas para terdidik. Di perguruan tinggi disediakan berbagai jurusan seperti kedokteran, teknik, ilmu pengetahuan alam, ekonomi dan lainnya. Dalam pendidikan Islam juga memberikan ruang para terdidik untuk mengasah skil mereka. Misalnya melukis, menjahit, pelayaran, perdagangan dan lainnya. Semua fasilitas pendidikan diberikan secara gratis oleh negara. Melalui pengelolaan kekayaan alam oleh negara dan hasilnya untuk kepentingan rakyat.
Dalam pendidikan Islam, antara keimanan dan intelektual para terdidik seimbang. Dari pandangan pendidikan seperti ini maka akan lahir generasi unggul, berkualitas dari sisi kekuatan iman dan berkualitas dari sisi kemampuan akademik. Tatkala sebuah negara memiliki kualitas pendidikan yang baik dan mampu dijangkau oleh seluruh rakyat, maka tak dipungkiri negara tersebut akan menjadi peradaban mercusuar dunia. Negara tersebut akan menjadi negara yang memiliki masa depan yang gemilang. Negara yang tidak hanya kokoh dalam bangunan gedung, namun juga negara yang kokoh dalam bangunan generasinya.
Beberapa lembaga pendidikan Islam pada masa kejayaan Islam antara lain, Nizhamiyah (1067-1401) di Baghdad, Al-Azhar (975-sekarang) di Mesir, Al-Qarawiyyin (859-sekarang) di Fez, Maroko, dan Sankore (989-sekarang) di Timbuktu, Mali, Afrika. Selain pendidikan yang luar biasa pada masa Islam juga banyak lahir para ilmuwan seperti Ibnu Sina (pakar kedokteran), al-Khawarizmi (pakar matematika), Al-Idrisi (pakar geografi), Az-Zarqali (pakar astronomi), Ibnu al-Haitsam (pakar fisika), Jabir Ibnu Hayyan (pakar kimia) dan lainnya.
Tampak jelas tatkala sistem pendidikan dikembalikan bagaimana pengaturan sistem pendidikan Islam maka akan melahirkan generasi yang unggul. Tatkala semua masyarakat dapat mengakses pendidikan, maka suatu bangsa akan menjadi bangsa yang berwibawa dan adidaya.***