DATARIAU.COM - Al-Qur'an adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam melalui Malaikat Jibril. Al-Qur'an berisi petunjuk hidup bagi umat manusia.
Pada 16 Ramadhan 1446 H, Kementerian Agama Indonesia menggelar kegiatan dalam rangka memperingati Nuzulul Qur'an sebanyak 350.000 khataman Al-Qur'an diadakan serentak di seluruh tanah air. (Antaranews.com)
Peringatan Nuzulul Quran kali ini semakin menjadi meriah dengan partisipasi aktif dari kanwil Kemenag Sulawesi Selatan yang memusatkan program Indonesia khataman Al-Qur'an di aula kantor wilayah Kemenag. Sulsel, Makassar. Program ini diharapkan mampu menguatkan semangat keislaman dan kebangsaan serta mengajak umat muslim untuk mencintai, memahami dan meneladani Al-Qur'an. (MetroTVnews.com)
Tak hanya di Sulsel, di Jawa Barat pun semangat memperingati Nuzulul Qur'an ditunjukkan dengan cara yang unik oleh Bupati Bandung, Dadang Supriatna. Pada 17 Ramadhan 1446 H ia menggelar sebuah lomba cerdas cermat pemahaman Al-Qur'an yang melibatkan berbagai Organisasi Masyarakat (Ormas). Dengan suasana penuh keceriaan dan kompetisi sehat acara ini mengajak peserta untuk beradu cepat dan kepintaran dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan isi kandungan Al-Qur'an. (Bandungraya.net)
Namun miris, di tengah kemeriahan memperingati Nuzulul Qur'an ini umat Islam masih hidup di bawah aturan yang tidak bersumber dari Al-Qur'an melainkan dari akal manusia.
Indonesia dengan penduduk mayoritas muslim misalnya, saat ini diatur oleh sistem demokrasi kapitalisme yang berasas kepada akal manusia. Sistem politik, ekonomi, pendidikan, sosial. Sanksi disandarkan pada asas sekulerisme yang mengabaikan peran agama di dalamnya.
Demokrasi-kapitalisme telah menjadikan akal manusia sebagai sumber aturan. Padahal manusia adalah makhluk yang lemah, sehingga berpotensi adanya pertentangan dan berkonsekuensi lahirnya berbagai permasalahan.
Dalam sistem yang ada saat ini di mana prinsip kedaulatan berada di tangan rakyat. Manusia justru menjadi penentu hukum yang tidak lepas dari pengaruh hawa nafsu dan kepentingan pribadi bukan oleh kebenaran yang hakiki yang diajarkan dalam Al-Qur'an. Hal ini menyebabkan terjadinya ketimpangan dalam penerapan hukum dan keadilan yang seharusnya berlandaskan pada wahyu Allah subhanahu wa ta'ala.
Sebagaimana kita saksikan hari ini di bawah hegemoni sistem sekulerisme dan kapitalisme bulan Ramadhan belum membawa perubahan bagi nasib kaum Muslim di seluruh dunia.
Umat Islam seluruhnya masih dalam keadaan terpuruk dan terhina. Musuh-musuh Allah subhanahu wa ta'ala masih saja membunuh dan menjajah kaum muslim sebagaimana yang terjadi di Palestina. Para penguasa di negeri-negeri muslim juga masih saja mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang merugikan rakyat seperti kenaikan pajak, privatisasi sumber daya alam dan layanan publik hingga pengurangan subsidi pada sektor vital.
Umat Islam sudah seharusnya merenungi firman Allah subhanahu wa ta'ala berikut
شَه'رُ رَمَضَانَ ال'َذِي"' اُن'زِلَ فِي'هِ ال'قُر'اٰنُ هُدًى لِ'لن'َاسِ وَبَي'ِنٰتٍ مِ'نَ ال'هُدٰى وَال'فُر'قَانِۚ
Bulan Ramadhan ialah bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (QS. Al-Baqarah: 185)
Sebagai penunjuk bagi manusia untuk menjalani kehidupan, Al-Qur'an memberikan penjelasan atas segala sesuatu. Allah subhanahu wa ta'ala menegaskan,
وَيَو'مَ نَب'عَثُ فِي' كُل'ِ اُم'َةٍ شَهِي'دًا عَلَي'هِم' م'ِن' اَن'فُسِهِم' وَجِئ'نَا بِكَ شَهِي'دًا عَلٰى هٰ"ؤُلَاۤءِۗ وَنَز'َل'نَا عَلَي'كَ ال'كِتٰبَ تِب'يَانًا لِ'كُل'ِ شَي'ءٍ و'َهُدًى و'َرَح'مَةً و'َبُش'رٰى لِل'مُس'لِمِي'نَ
(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (QS. An-Nahl:89)
Dari kedua ayat tersebut umat muslim diwajibkan untuk menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup yang utama sebagai sumber hukum yang mengatur segala aspek kehidupan serta sebagai solusi bagi setiap permasalahan yang dihadapi dalam sebuah aspek kehidupan.
Hal ini menuntut penerapan syariat Islam secara menyeluruh dalam berbagai bidang kehidupan. Namun, penerapan Syariah Islam secara komprehensif tersebut tidak dapat terwujud dengan sempurna tanpa adanya kekuasaan atau pemerintahan Islam yang sah. Inilah yang dimaksud dengan khilafah 'ala minhajin nubuwwah yaitu sistem pemerintahan Islam yang berlandaskan pada petunjuk nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam untuk menegakkan hukum-hukum Allah di muka bumi.
Al-Qur'an sudah seharusnya menjadi landasan hidup setiap individu, masyarakat hingga menjadi landasan dalam bernegara. Namun ironisnya, hari ini kita sering menyaksikan bahwa individu yang berpegang teguh pada Al-Qur'an dan menyerukan untuk kembali kepada penerapan aturan Islam secara sempurna justru dianggap radikal dan ekstrim.
Berpegang pada Al-Qur'an sejatinya adalah konsekuensi dari keimanan yang tulus dan seharusnya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan setiap muslim. Al-Qur'an bukan hanya sekedar bacaan, tetapi petunjuk hidup yang menyentuh setiap aspek kehidupan. Apalagi jika kita ingin membangun peradaban manusia yang mulia. Al-Qur'an harusnya dijadikan sebagai asas kehidupan karena di dalamnya terkandung pedoman yang sempurna untuk mencapai keberkahan hidup.
Umat harus menyadari kewajiban berpegang teguh pada Al-Qur'an secara keseluruhan dan memperjuangkannya sebagai pedoman hidup. Tidak hanya bagi individu namun juga bagi masyarakat dan negara.
Untuk mewujudkan hal ini diperlukan perjuangan yang sungguh-sungguh untuk menjadikan Al-Qur'an sebagai dasar yang mengatur setiap aspek kehidupan.
Dalam upaya ini dakwah yang dipelopori oleh kelompok dakwah Islam ideologis sangat penting karena merekalah yang membangun kesadaran umat akan pentingnya menerapkan Al-Qur'an dalam kehidupan secara nyata.***