DATARIAU.COM - Bumi akan mengalami fenomena solstis
atau titik balik Matahari pada Sabtu, 21 Juni 2025 pukul 09:42 WIB, menandai
hari terpanjang dalam setahun di Belahan Bumi Utara dengan matahari berada di
titik paling utara dan ribuan pengunjung akan berbondong-bondong ke berbagai
lokasi untuk menyaksikan peristiwa astronomi bersejarah ini.
Para astronom
mengakui solstis musim panas sebagai hari pertama musim panas, meskipun hal itu
tidak selalu dianggap sebagai awal musim panas yang resmi menurut kalendar
meteorologi. "Solstis Juni menandai momen yang tepat di orbit Bumi--rambu
astronomi yang konsisten--telah diamati manusia selama ribuan tahun," kata
NASA sebagaimana dikutip dari Space.com pada Kamis (19/6/2025).
NASA menambahkan
bahwa pentingnya peristiwa langit ini bagi banyak budaya sepanjang sejarah
manusia terbukti dari pembangunan berbagai monumen kuno. "Bangunan kuno
dari Stonehenge hingga Chichén Itzá dibangun, sebagian agar selaras dengan
solstis, yang menunjukkan betapa pentingnya peristiwa langit ini bagi banyak
budaya," NASA menjelaskan dalam pernyataannya.
Ribuan pengunjung
diperkirakan akan berbondong-bondong ke berbagai daerah di seluruh Belahan Bumi
Utara untuk merayakan summer solstice melalui berbagai ritual tradisional dan
festival budaya. Beberapa lokasi yang akan menjadi pusat perayaan utama antara
lain di Stonehenge Inggris yang terkenal dengan keselarasan arsitekturnya
dengan posisi matahari, serta festival pertengahan musim panas di seluruh
Swedia, Denmark, Norwegia, dan Finlandia yang merupakan tradisi turun temurun.
Fenomena solstis
ini juga akan terjadi di daerah sekitar khatulistiwa termasuk Indonesia,
meskipun mungkin tidak dirayakan secara khusus seperti di negara-negara Eropa
Utara. Di Indonesia, fenomena ini tetap dapat diamati melalui perubahan durasi
siang hari yang sedikit lebih panjang dibandingkan hari-hari biasa, walaupun
perbedaannya tidak se-ekstrem seperti yang dialami oleh wilayah-wilayah di
lintang utara yang lebih tinggi.
Kata
"solstice" memiliki akar etimologi yang menarik, berasal dari bahasa
Latin "sol" yang berarti matahari dan "sistere" yang
berarti berhenti atau diam, menggambarkan fenomena dimana posisi matahari
seolah-olah berhenti bergerak di titik tertingginya sebelum mulai bergerak
kembali ke selatan. Summer solstice merupakan hari terpanjang dalam setahun di
Belahan Bumi Utara karena pada saat itulah kutub utara Bumi miring ke arah
matahari pada sudut terluarnya yaitu sekitar 23,5 derajat.
Solstis hanya
terjadi dua kali setahun dengan karakteristik yang berlawanan, yang pertama
adalah summer solstice pada Juni dan yang kedua adalah winter solstice pada
Desember ketika Belahan Bumi Utara mengalami solstis musim dingin dan kutub
selatan Bumi miring ke arah matahari pada sudut terluarnya. Pada 21 Juni 2025,
Belahan Bumi Utara akan mengalami hari-hari pertama musim panas astronomis dan
jam siang terpanjang sepanjang tahun dengan durasi yang bervariasi tergantung
lokasi geografis.
Menurut Space.com, distribusi sinar matahari pada hari
solstis akan sangat beragam berdasarkan posisi geografis masing-masing wilayah.
Daerah di sekitar khatulistiwa akan mengalami sinar matahari selama sekitar 12
jam terus-menerus seperti biasa, sementara daerah di bagian tengah utara
seperti Eropa Tengah dan Amerika Utara bagian tengah akan mengalami durasi
siang hari hingga 15 jam lebih panjang dibandingkan malam hari.
Fenomena paling ekstrem akan terjadi di daerah kutub utara
dimana karena kutub utara Bumi miring sangat dekat dengan matahari, daerah di
utara Lingkaran Arktik akan mengalami fenomena "midnight sun" atau
matahari tengah malam dengan sinar matahari selama 24 jam penuh tanpa terbenam.
Sebaliknya, di Belahan Bumi Selatan justru mengalami hari terpendek dalam
setahun dengan beberapa wilayah di selatan Lingkaran Antarktik mengalami
kegelapan selama 24 jam.
Fenomena solstis dapat terjadi kapan saja antara tanggal 20
Juni hingga 22 Juni setiap tahunnya, tergantung pada zona waktu dan perhitungan
astronomi yang presisi. Jika menghitung tahun dalam 365 hari atau 366 hari
untuk tahun kabisat secara kalendar, Bumi sebenarnya membutuhkan waktu
365,242199 hari untuk menyelesaikan satu orbit mengelilingi matahari, hal ini
mempengaruhi waktu dan hari terjadinya titik balik matahari musim panas yang
tidak selalu konsisten setiap tahun.
Di banyak lokasi di Belahan Bumi Utara, daerah tersebut akan
mengalami matahari terbit lebih awal beberapa hari sebelum hari titik balik
matahari resmi, dan beberapa lokasi akan mengalami matahari terbenam lebih
lambat beberapa hari setelahnya. Demikian menurut Time and Date, platform
global yang menganalisis zona waktu dan data astronomi dengan akurasi tinggi
untuk keperluan penelitian dan referensi publik.
Ketidakkonsistenan hari titik balik matahari yang tidak
pernah resmi atau selaras setiap tahun adalah hal yang umum terjadi karena
waktu astronomi matahari tidak pernah tepat atau konsisten dengan cara kerja
jam dan kalender yang digunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti presesi bumi dan variasi kecil
dalam orbit bumi yang berbentuk elips.
Imbasnya bagi Bumi secara keseluruhan, pada hari tersebut
akan menjadi hari terpanjang dalam setahun terutama bagi mereka yang tinggal di
Belahan Bumi Utara, sementara secara bersamaan Belahan Bumi Selatan justru
mengalami hari terpendek dan memasuki musim dingin astronomis. Menurut NASA,
hari titik balik matahari terjadi ketika salah satu kutub Bumi miring ke arah
matahari pada sudut yang paling ekstrem, dan karena kemiringan sumbu rotasi
Bumi sebesar 23,5 derajat, fenomena ini terjadi dua kali setahun dengan
karakteristik yang berlawanan.
Selama titik balik matahari musim panas ini, kemiringan
membawa titik paling utara Bumi lebih dekat ke matahari dalam hal sudut paparan
sinar matahari, inilah sebabnya di Belahan Bumi Utara ada lebih banyak sinar
matahari dan suhu udara yang lebih hangat. Menurut Old Farmer's Almanac, momen
puncak titik balik matahari hanya berlangsung beberapa detik saja, namun
efeknya terhadap durasi siang dan malam dapat dirasakan selama beberapa hari
sebelum dan sesudahnya.
Pada Belahan Bumi Utara, titik balik matahari musim panas
jatuh pada 21 Juni dimana bagian utara Bumi mengalami transisi menuju musim
panas astronomis dengan suhu yang mulai meningkat dan aktivitas alam yang
semakin aktif. Sebaliknya, Belahan Bumi Selatan pada waktu yang bersamaan
mengalami winter solstice dan memasuki musim dingin dengan suhu yang menurun
dan durasi siang hari yang semakin pendek.
Begitu pula sebaliknya pada sekitar 21 Desember setiap
tahunnya, Belahan Bumi Selatan akan mengalami summer solstice dan memasuki
musim panas sementara Belahan Bumi Utara mengalami winter solstice dan memasuki
musim dingin, menunjukkan siklus musim yang berlawanan antara kedua belahan
bumi ini sepanjang tahun akibat kemiringan sumbu rotasi bumi.
Di Indonesia, fenomena titik balik matahari mungkin tidak
dirayakan secara khusus seperti di negara-negara lintang tinggi, namun tetap
dapat diamati melalui perubahan kecil dalam durasi siang hari. Meski begitu,
fenomena summer solstice ini dirayakan oleh banyak budaya di seluruh dunia
melalui berbagai tradisi kuno, festival musiman, upacara keagamaan, hingga
ditetapkan sebagai hari libur nasional di beberapa negara Skandinavia.
Sementara di beberapa tempat terutama di Eropa Utara,
fenomena titik balik matahari ini juga dikenal dengan sebutan
"Midsummer" atau pertengahan musim panas, yang dirayakan dengan
berbagai ritual seperti menyalakan api unggun, menari di sekitar tiang Maypole,
menikmati makanan tradisional, dan berbagai aktivitas komunal lainnya yang
telah menjadi bagian dari warisan budaya turun temurun selama berabad-abad.***
Sumber: Liputan6.com