DATARIAU.COM- Modus penipuan semakin canggih
dengan memanfaatkan teknologi deepfake suara yang menyasar pengguna WhatsApp di
Indonesia. Penipuan deepfake naik drastis 1.550% dalam setahun terakhir
menggunakan AI Voice Cloning untuk meniru suara orang lain.
Teknologi deepfake merupakan manipulasi audio visual secara
digital yang dapat mengubah suara atau wajah seseorang menyerupai orang lain.
WhatsApp menjadi sasaran empuk penjahat digital karena popularitasnya sebagai
aplikasi komunikasi utama masyarakat Indonesia.
Pada awal 2025, beberapa kasus penipuan deepfake telah
terjadi dengan meniru pejabat publik dalam program bantuan pemerintah palsu.
Pejabat yang sering ditirukan antara lain Presiden Prabowo Subianto, Wakil
Presiden Gibran Rakabuming Raka, hingga Menteri Keuangan Sri Mulyani dengan
mencantumkan nomor WhatsApp untuk menjebak korban melakukan transfer uang.
Cara kerja penipuan ini dimulai dengan penipu menelepon
korban menggunakan suara hasil AI yang menirukan kolega kantor, atasan,
pejabat, tokoh publik, atau keluarga korban. Setelah diajak bicara, korban diminta mentransfer uang atau memberikan data
penting dengan dalih mendesak.
Masyarakat dapat
mendeteksi penipuan deepfake suara melalui beberapa tanda. Pertama, nada bicara
yang datar dan monoton karena AI belum mampu menirukan intonasi manusia normal
yang menggambarkan suasana hati atau penekanan kata tertentu.
Kedua, pengucapan
yang kaku dan janggal karena deepfake suara masih mengalami kesulitan meniru
kata-kata jarang digunakan atau frasa kompleks. "Jika mendengar pengucapan
yang terasa janggal, pilihan kata yang aneh, atau kalimat yang terdengar tidak alami,
kemungkinan besar itu adalah deepfake suara," ungkap laporan Dtrust.
Ketiga, suara
latar yang tidak wajar seperti berderak atau statis kresek-kresek yang tidak
sesuai dengan posisi lawan bicara. Audio smartphone modern umumnya memiliki
kualitas suara bersih, sehingga gangguan audio mencurigakan patut diwaspadai.
Untuk menghindari
penipuan, masyarakat disarankan melakukan verifikasi identitas dengan
menghubungi nomor resmi institusi secara terpisah. Waspadai tawaran menggiurkan
yang meminta tindakan cepat seperti mengklaim hadiah atau mengirim uang dalam
waktu singkat.
Literasi digital
menjadi kunci utama menghindari penipuan deepfake suara. Masyarakat perlu
mempelajari tren penipuan online terkini dan cara mendeteksinya, serta
mengingatkan keluarga dan kolega bahwa teknologi AI semakin canggih termasuk
dalam penipuan suara.
Pihak berwenang
mengimbau masyarakat tidak langsung percaya dengan suara yang terdengar
familiar meskipun menyerupai orang terdekat. Verifikasi melalui saluran
komunikasi lain dan berpikir dua kali sebelum memberikan informasi sensitif
atau melakukan transfer uang menjadi langkah pencegahan penting di era
teknologi AI yang semakin berkembang.***
Sumber:detik.com