DATARIAU.COM - Pertumbuhan ekosistem digital di Indonesia telah melahirkan banyaknya startup. Industri startup bak cendawan di musim hujan dan kini memasuki musim gugurnya. Banyak startup berguguran semenjak tahun 2022. Padahal industri startup sempat digadang-gadang Pemerintahan Jokowi dalam setiap pertemuan internasional.
Sekedar mengingatkan, Presiden Jokowi pernah memimpikan adanya 25 perusahaan rintisan atau startup yang mempunyai aset minimal US $1 miliar atau dikenal dengan unicorn. Untuk saat ini baru ada 5 unicorn, yakni GoTo, Bukalapak, Traveloka, OVO dan J&T Express. Belakangan J&T Express menghadapi resiko pelanggaran regulasi soal daftar negatif investasi (DNI).
Semenjak tahun 2022 saja, fenomena badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) menghantui industri startup. Hal ini terjadi pada perusahaan startup global hingga dalam negeri. Sebut saja Robinhood, Netflix, Cameo telah mem-PHK ratusan karyawannya. Sementara startup di dalam negeri yang telah memangkas karyawannya adalah Zenius, Link Aja, beres.id, hingga JD.ID.
Bahkan tahun 2023 ini menjadi periode 'kepunahan' bagi startup teknologi. Perusahaan manajemen ekuitas Catra melaporkan setidaknya tahun ini ada 543 startup bangkrut. Dalam catatan Catra, sepanjang 2023 hampir 20% startup mengumpulkan dana dengan valuasi yang lebih rendah dibandingkan sebelumnya. Kemudian, semakin banyak startup yang bangkrut pada kuartal III 2023. (CNNIndonesia.com, 8/12/2023)
Salah satu startup Indonesia yang mengalami kebangkrutan adalah PegiPegi yaitu perusahaan pemesanan tiket dan penginapan. Surat pamitan PegiPegi ditulis di website resminya pegipegi.com. Startup ini memutuskan tutup per 11 Desember 2023. (kumparan.com, 12/12/2023)
Konyolnya Pasangan nomor urut 2, Prabowo - Gibran justru mengusung gagasan untuk memberikan program kredit startup milenial. Tujuannya untuk memberikan opsi pendanaan bagi milenial yang baru terjun di dunia bisnis. Gagasan ini jelas menuai perdebatan dari banyak pihak.
Direktur Ekonomi Digital CELIOS, Nailul Huda justru meragukan kemungkinan wacana kredit startup milenial ini akan terealisasi. Pasalnya startup punya skema pendanaan yang berbeda. Bahkan ia mengatakan program ini hanya jargon kampanye saja tanpa landasan berpikir yang kuat. Hanya untuk seolah-olah probisnis anak muda yang mengarah ke startup dan milenial.
Menurut Ekonom Senior for Development of Economics and Finance (Indef) Didik J Rachbini, fenomena PHK massal dan kebangkrutan startup bisa disebut sebagai bubble burst. Dikutip dari Investopedia, gelembung atau bubble adalah siklus ekonomi yang ditandai dengan ekskalasi cepat nilai pasar, terutama pada harga aset. Inflasi yang cepat ini diikuti oleh penurunan nilai yang cepat, atau kontraksi yang terkadang disebut sebagai "kecelakaan atau crash" atau "ledakan gelembung" atau bubble burst.
Gelembung biasanya dikaitkan dengan perubahan perilaku investor. Gelembung di pasar ekuitas dan ekonomi menyebabkan sumber daya ditransfer ke area dengan pertumbuhan cepat. Di akhir gelembung, sumber daya dipindahkan lagi. Inilah menyebabkan harga turun.
Realitanya startup memang merupakan jalan termudah dan termurah dalam mengambil pasar dalam negeri. Inilah yang menyebabkan investor dalam negeri maupun luar negeri antusias dalam berinvestasi dan menyuntikkan dananya ke startup Indonesia.
Alhasil pemain bisnis startup inilah yang kelak akan mengguncang ekonomi karena investasi lebih condong ke sektor non rill yang akan menggelembungkan ekonomi untuk pecah. Inilah pula yang menjadi penyebab utama mudahnya perusahaan startup melakukan PHK massal atau bahkan bangkrut.
Seyogyanya, sektor non rill bertentangan dengan sistem ekonomi Islam. Dalam Islam, hukum jual beli saham di lantai bursa adalah haram. Karena di dalamnya terdapat riba dan akad syirkah yang batil. Apalagi startup ternyata dijadikan jualan bagi perusahaan-perusahaan kapitalis untuk menguasai data dan pasar, mencuri dan menguasai pasar kaum muslimin. Hal ini berbahaya karena akan menjadi jalan penguasaan asing atas kaum muslimin.