Hati-Hati, Stres Bisa Ganggu Fungsi Otak, Jantung, hingga Sistem Reproduksi

Najwa
573 view
Hati-Hati, Stres Bisa Ganggu Fungsi Otak, Jantung, hingga Sistem Reproduksi
Foto: unsplash / Resume Genius

DATARIAU.COM- Stres tidak hanya memengaruhi mental seseorang tetapi juga fisik, sehingga mengelolanya dengan baik sangat penting untuk mencegah berbagai masalah kesehatan yang dapat mengganggu tujuh sistem tubuh.

Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Dr Jiemi Ardian Sp.KJ mengatakan bahwa stres yang dibiarkan berlarut-larut bisa membuat respons tubuh tidak adaptif. "Respons tidak adaptif ini memunculkan distress atau penderitaan, bisa pada individu tersebut atau pada individu di sekitarnya," ujar Jiemi kepada Kompas.com pada Jumat (13/6/2025).

Menurut American Psychological Association, tubuh sebenarnya bisa dengan sendirinya mengelola stres sesaat, tetapi stres yang berlangsung lama atau kronis cenderung menyebabkan efek serius pada tubuh. Efek stres memengaruhi sistem muskuloskeletal, pernapasan, kardiovaskular, endokrin, gastrointestinal, saraf, dan sistem reproduksi.

Sistem Muskuloskeletal
Saat timbul stres, otot akan menegang seketika dan akan kembali rileks ketika stres mereda. Ketika tidak mengelola stres dengan baik, ketegangan akan berlangsung lama dan bisa memicu reaksi tubuh lainnya seperti sakit kepala, migrain, nyeri bahu, dan nyeri leher.

Sistem Pernapasan
Stres dan emosi yang kuat, baik kronis maupun akut, bisa menyebabkan masalah pernapasan seperti napas pendek dan napas cepat. Masalah itu terjadi karena saluran udara antara hidung dan paru-paru bisa menyempit saat stres, sehingga akan memperparah kondisi orang yang sudah memiliki penyakit pernapasan.

Sistem Kardiovaskular
Baik stres kronis maupun akut bisa memengaruhi kardiovaskular dengan menyebabkan peningkatan denyut jantung dan kontraksi otot jantung yang lebih kuat. Jika stres berlangsung kronis, bisa muncul masalah seperti tekanan darah tinggi, serangan jantung, dan stroke.

Sistem Endokrin
Stres memengaruhi sistem endokrin dengan meningkatkan produksi hormon kortisol yang sering disebut sebagai hormon stres. Stres yang berlangsung terus-menerus dikaitkan dengan perkembangan berbagai kondisi kesehatan fisik dan mental, termasuk kelelahan kronis, gangguan metabolisme seperti diabetes dan obesitas, depresi, dan gangguan kekebalan tubuh.

Sistem Gastrointestinal
Stres bisa memengaruhi komunikasi otak dan usus, yang bisa memicu rasa sakit, kembung, dan ketidaknyamanan di perut. Sebaliknya, kondisi usus yang dihuni oleh jutaan bakteri juga dapat memengaruhi kemampuan berpikir dan emosi.

Sistem Saraf
Sistem saraf otonom memiliki peran langsung terhadap respons stres. Saat tubuh stres, sistem saraf simpatik berkontribusi pada respons fight or flight dan tubuh akan mengalihkan sumber daya energinya. Stres yang berlangsung terus-menerus dan tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan kelelahan jangka panjang pada tubuh.

Sistem Reproduksi
Pada pria, stres bisa mengakibatkan penurunan gairah seks atau libido, bahkan bisa menyebabkan disfungsi ereksi atau impotensi. Stres kronis juga bisa berdampak pada produksi dan pematangan sperma. Pada wanita, stres memengaruhi sistem reproduksi yang membuat gangguan pada siklus menstruasi dan berdampak negatif pada kemampuan untuk hamil.

Jiemi mengatakan ada banyak strategi yang bisa dilakukan untuk mengelola stres. "Bisa relaksasi, bisa latihan spiritual, ibadah dan sebagainya, bisa juga latihan-latihan relaksasi progresif, meditasi. Dan juga yang meningkatkan aktivitas fisik, misalnya olahraga, serta makan makanan gizi seimbang," sebutnya.

Menurut Kementerian Kesehatan, cara mengelola stres meliputi konseling ke pakar atau curhat ke teman terdekat, makan makanan sehat, olahraga dan aktivitas fisik minimal 30 menit selama lima kali seminggu, menyalurkan hobi, meditasi, cukup tidur, dan beribadah untuk mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa.***

Sumber:Kompas.com

Penulis
: Najwa
JIKA MENEMUKAN BERITA KAMI TIDAK SESUAI FAKTA, SEGERA HUBUNGI 0813 3966 1966 (Chat WhatsApp Only)