PEKANBARU, datariau.com - Festival Budaya Melayu (FBM) sejak mula dirancang sebagai peristiwa kebudayaan tahunan yang difasilitasi oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Riau bersama sejumlah stakeholder kebudayaan. Sebagaimana festival-festival sebelumnya, FBM menghidangkan keragaman ekspresi budaya Melayu warisan maupun karya-karya semasa dalam bentang ruang Alam Melayu (Nusantara), dan jejaring budayanya di seluruh dunia.
Pada penyelenggaraannya, FBM menganjungkan sebuah tema pokok yang diarak oleh tema-tema pendukung dari percabangan seni-budaya Melayu lainnya. Dengan pendekatan ini, FBM dimaksudkan menjadi sumbu-ungkit pencapaian milestone ‘baru’ bagi ekspresi budaya Melayu yang dipilih sebagai tema pokok. Sedangkan bagi ekspresi-ekspresi budaya yang lain, FBM diharapkan menjadi pemicu konsolidasi bagi pendukung-pendukungnya untuk diarak sebagai tema pokok pada festival tahun-tahun berikutnya.
Sebagaimana diketahui, Riau merupakan kawasan hutan tanah yang direpresentasikan dalam berbagai simbol kebudayaan Melayu. Terutama dalam perspektif keberagaman masayarakat Melayu Riau yang cenderung mengidentifikasi puak-puak berdasarkan sungai-sungai besar di tempat ia bermukim.
Setidaknya, terdapat empat sungai yang mengaliri kawasan Riau, dan keseluruhan sungai itu bermuara ke Selat Melaka, kawasan pelayaran paling ramai yang menghubungkan beberapa pusat perdagangan dunia sejak masa lampau maupun masa kolonial. Dengan kondisi ruang ekologi demikian itu, maka pergerakan komoditas berupa rempah atau hasil hutan tanah yang ada di hulu (kawasan pedalaman) tentu akan dijajakan di kawasan sekitar selat Melaka.
Tidak dipungkiri keberadaan sungai telah pula menjadi nadi kehidupan sosial, termasuk keekonomian. Peran sungai yang penting itu menjadi bagian utama yang direpresentasikan dalam bentuk tradisi-tradisi yang tak dapat dilepaskan dari sungai sebagai medianya, yang menjadi khazanah budaya Melayu tempatan.
Persebatian antara hasil hutan tanah (rempah dan hasil hutan) dan khazanah kebudayaan dari hulu hingga muara itu dipandang perlu menjadi ingatan kolektif yang patut dirayakan. Maka, Festival Budaya Melayu tahun 2024 oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Riau bersama Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi mengusung tema besar yaitu “Rempah dalam Khazanah Alam Melayu Riau: Meramu Hulu Menghimpun Muara”.
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Riau, Raja Yoserizal Zen menegaskan bahwa pada tahun ini FBM diselaraskan dengan program prioritas nasional di Ditjenbud untuk pendukungan event Jalur Rempah. Dengan demikian sejumlah program yang dirumuskan bersama pihak dari unsur stakeholders kebudayaan dan komunitas diazamkan untuk menitik-beratkan bagaimana peran Riau pada Jalur Rempah nusantara.
“Riau sebagai bagian dari wilayah nusantara tentu saja memiliki irisan yang jelas terhadap Jalur Rempah, baik di sisi kebudayaan apalagi keekonomian. Festival ini selain menarasikan sejarah, budaya, dan masyarakat dalam literasi Jalur Rempah, juga berupaya agar tradisi dan kebiasaan yang berkait kelindan dengan khazanah rempah dan kekayaan alam Riau tersebut kembali direvitalisasi untuk masa depan kebudayaan,” papar Kadisbud Riau, Selasa (3/9/2024).

Menurut Raja Yose, FBM akan menjadi ruang bersama bagi komunitas dan masyarakat umum untuk menyimpai kearifan lokal, tradisi budaya, hutan tanah serta potensi alam lingkungan dan adat istiadat untuk mengokohkan jati diri Melayu Riau dalam kenusantaraan.
“Riau mendukung program event Jalur Rempah nasional melalui Festival Budaya Melayu yang dikerjasamakan dengan Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kemendikbudristek. Dan kami mengucapkan terima kasih kepada Ditjenbud yang telah memberi laluan kepada Provinsi Riau untuk bersama-sama mendukung Jalur Rempah menjadi Warisan Dunia,” kata Raja Yose.