Bullying Kian Marak, Generasi Krisis Adab dan Akhlak

Oleh: Ummu Hanan Nabhani
datariau.com
3.153 view
Bullying Kian Marak, Generasi Krisis Adab dan Akhlak

DATARIAU.COM - Bullying, istilah ini kian populer seiring berkembangnya teknologi. Setiap hari, kita jumpai banyak kasus bullying yang terjadi, grafiknya naik drastis, yang bikin miris, korban bullying mengalami tekanan sosial yang berat akibat ejekan, pelecehan, pengucilan atau berujung kepada kematian, nauzubillah.

Kasus terbaru yang cukup membuat heboh adalah aksi nekat seorang santri di Aceh Besar membakar asrama Pondok Pesantren tempat dia belajar. Santri disebut sengaja membakar asrama lantaran sakit hati karena kerap menjadi korban bullying oleh rekan-rekannya.

Tidak hanya itu, di Kelapa Gading, Jakarta Utara polisi dalami terduga pelaku ledakan SMA 72 diduga korban bullying, insiden yang terjadi pada Jum'at siang. Menurut teman sekelasnya, selama ini diduga pelaku yang merupakan kelas 12 itu dikenal suka menyendiri dan menyukai kegiatan menggambar sesuatu yang bernuansa ekstremisme seperti teroris, Amerika Serikat, dan menyukai video perang.

Begitu banyak kita jumpai kasus serupa yang terus-menerus terjadi seperti sebuah trend di kalangan anak muda sekarang. Bullying merupakan tindakan buruk yang dilakukan secara sadar dan disengaja yang dijadikan candaan oleh para pelakunya.

Tindakan penindasan terdiri atas empat jenis, yaitu secara emosional, fisik, verbal, dan siber. Budaya penindasan dapat berkembang di mana saja selagi terjadi interaksi antar manusia, dari mulai di sekolah, tempat kerja, rumah tangga, dan lingkungan. Jadi jelas, setiap perilaku yang di dalamnya terdapat konteks penganiayaan, baik secara fisik maupun psikis, bisa dikategorikan kedalam istilah bullying.

Sejatinya remaja saat ini telah dirusak dari segala arah. Mulai dari serangan sekularisme liberal yang memisahkan agama dari kehidupan hingga kebebasan dalam menjalani kehidupan. Tentu, kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan tanpa batas dalam segala aspek. Termasuk aspek bertingkah laku. Di sisi lain, derasnya informasi dari media yang seolah tak terkendali dengan konten-konten kekerasan di dalamnya, mulai dari game hingga film yang pada akhirnya mudah ditiru dalam kehidupan nyata.

Bullying merupakan sebuah siklus, di mana para pelaku saat ini kemungkinan besar adalah korban dari pelaku bullying sebelumnya. Ketika menjadi korban, terbentuk pada benak mereka skema kognitif yang salah. Skema yang menganggap bahwa bullying dapat dibenarkan meskipun mereka merasakan dampak negatifnya sebagai korban. Apabila dibiarkan, akan terus-menerus terjadi dan memakan Korban.

Terlebih dunia pendidikan kita saat ini hanya mengandalkan penilaian di atas kertas. Prestasi demi prestasi dibanggakan namun jauh dari pembentukan kepribadian dan akhlak terpuji. Ini adalah buah dari sistem pendidikan sekuler. Maka wajar jika kerusakan pada remaja juga terus terjadi secara sistemik karena sistem yang ada, baik sistem pendidikan, pergaulan, hukum, dan informasi tidak mendukung untuk penjagaan remaja dari kerusakan.

Islam sangat melarang keras perilaku merendahkan orang lain. Hal ini sebagai mana Firman Allah Subahanahu wa Ta'ala dalam Surat Al-Hujurat ayat 11 “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”

Oleh karena itu, merebaknya bullying tidak boleh didiamkan. Terapi yang perlu diberikan untuk bullying pada remaja setidaknya mencakup terapi preventif (pencegahan) dan kuratif (pengobatan). Upaya preventif yang dilakukan adalah mengembalikan peran keluarga, masyarakat, dan negara. Sedang upaya kuratif adalah bagaimana mengobati mereka yang memiliki kecenderungan melakukan bullying dengan pendekatan mendasar yang akan mempengaruhi pola berpikir remaja ketika menghadapi kehidupan. Sehingga mereka akan meninggalkan sikap tersebut dengan penuh kesadaran.

Benteng pertahanan pertama dan utama remaja adalah keluarga yang akan menjadi tempat pendidikan dan pembentukan karakter yang terpenting bagi seorang remaja. Oleh karena itu, Islam memandang bahwa menjaga remaja dan generasi bukan hanya tugas orang tua, akan tetapi juga butuh peran dari masyarakat dan negara. Masyarakat memiliki tanggung jawab untuk saling menasihati, mengajak pada kebaikan dan mencegah tindakan yang tercela. Masyarakat tidak boleh abai terhadap permasalahan di sekitarnya.

JIKA MENEMUKAN BERITA KAMI TIDAK SESUAI FAKTA, SEGERA HUBUNGI 0813 3966 1966 (Chat WhatsApp Only)