DATARIAU.COM - Amerika Serikat bersiap menghadapi
gelombang serangan siber dari Iran setelah militer AS mengebom tiga fasilitas
nuklir Iran akhir pekan lalu, dengan otoritas berwenang memantau aktivitas Iran
di darkweb dan eksekutif rumah sakit bersama FBI memeriksa ancaman siber
berpotensi.
Tiga hari setelah
serangan AS, pihak berwenang mengintensifkan pemantauan terhadap kelompok
peretas terkait Iran karena bagi Iran balasan terhadap AS jauh lebih mudah
dilakukan di ruang siber daripada secara fisik. Hacker yang terkait dengan
Tehran sebelumnya telah menyerang rumah sakit dan fasilitas air di Amerika
Serikat.
Wakil Presiden
Senior perusahaan keamanan siber CrowdStrike Adam Meyers menyatakan balasan
Iran sudah dimulai dan dimensi digital mungkin tidak akan lama lagi menyusul.
"Balasan Iran sudah dimulai, dan dimensi digital dari itu mungkin tidak
akan lama lagi menyusul," kata Meyers melansir CNN, Senin (23/6).
"Elemen
siber ini memungkinkan mereka untuk memperluas pengaruh dan memberikan kesan
bahwa mereka tidak terlibat secara langsung," lanjut Meyers. Meski saat
ini belum ada kebocoran data yang dialami perusahaan atau lembaga AS oleh
hacker Iran, namun hacker Iran dilaporkan telah memindai internet mencari
software rentan dan secara terbuka membahas balasan terhadap organisasi AS.
Analis intelijen
Departemen Keamanan Dalam Negeri AS telah memperingatkan ancaman siber dari
Iran dengan Tehran dapat menargetkan pejabat pemerintah AS jika pemimpin Iran
meyakini stabilitas atau kelangsungan rezim mereka terancam. Seorang pejabat AS
yang memantau ancaman peretasan Iran menyatakan jika ada yang rentan,
kemungkinan besar akan ditargetkan.
AS menuduh Korps
Garda Revolusi Iran (IRGC) di balik rangkaian serangan siber yang menargetkan
fasilitas air di AS sejak agresi Israel ke wilayah Gaza pada 2023. Dalam satu
insiden, peretas pro-Iran berhasil meretas peralatan industri terhubung
internet di pabrik air luar Pittsburgh hingga memaksa operasi manual salah satu
stasiun pompa dengan menulis pesan anti-Israel di monitor yang diretas.
Badan Keamanan
Siber dan Infrastruktur (CISA) yang merupakan bagian dari Departemen Keamanan
Dalam Negeri (DHS) mengaku berkoordinasi dengan pemerintah, industri, dan mitra
internasional untuk berbagi informasi intelijen yang dapat ditindaklanjuti
terkait potensi serangan siber Iran.
Juru bicara CISA
Marci McCarthy menyatakan saat ini tidak ada ancaman kredibel spesifik terhadap
wilayah dalam negeri namun pihak berwenang AS terus memantau kelompok peretas
terkait Iran. "Saat ini tidak ada ancaman kredibel spesifik terhadap wilayah
dalam negeri," kata McCarthy dalam pernyataan. DHS dalam peringatan publik
Minggu menyatakan serangan siber tingkat rendah terhadap jaringan AS oleh
kelompok hacktivis pro-Iran kemungkinan terjadi dan aktor siber terkait
pemerintah Iran mungkin melakukan serangan terhadap jaringan AS.***
Sumber: CNNIndonesia