Hikmah Kisah Nabi Daniel, Kuburnya Sengaja Disembunyikan dan Diratakan Cegah Kesyirikan

Ruslan
1.200 view
Hikmah Kisah Nabi Daniel, Kuburnya Sengaja Disembunyikan dan Diratakan Cegah Kesyirikan
Foto: Ilustrasi/Net

DATARIAU.COM - Salah satu Nabi yang diutus kepada Bani Israil adalah Nabi Daniel[1]. Jasad Nabi Daniel ditemukan oleh sahabat Abu Musa Al-Asy’ari ketika berjihad melawan bangsa Tartar di daerah Hurmuzan. Jasad Nabi Daniel ditemukan di Baitul Mal Hurmuzan dan penduduk Hurmuzan menjelaskan bahwa jasad tersebut telah meninggal 300 tahun yang lalu. Akan tetapi, jasadnya masih utuh dan tidak membusuk sedikit pun. Lalu, Abu Musa Al-Asy’ari mengirim surat kepada Umar bin Khattab sebagai khalifah saat itu. Umar bin Khattab menjelaskan bahwa itu adalah jasad Nabi Daniel dan memerintahkan untuk menyembunyikan kuburnya.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, dari sahabat Anas,

عَن أَنَسٍ: أَنهُم لَما فَتَحُوا تُستَرَ قَالَ: ” فَوَجَدَ رَجُلًا أَنفُهُ ذِرَاعٌ فِي التابُوتِ , كَانُوا يَستَظهِرُونَ وَيَستَمطِرُونَ بِهِ , فَكَتَبَ أَبُو مُوسَى إِلَى عُمَرَ بنِ الخَطابِ بِذَلِكَ , فَكَتَبَ عُمَرُ: إِن هَذَا نَبِي مِنَ الأَنبِيَاءِ وَالنارُ لَا تَأكُلُ الأَنبِيَاءَ , وَالأَرضُ لَا تَأكُلُ الأَنبِيَاءَ , فَكَتَبَ أَنِ انظُر أَنتَ وَأَصحَابُكَ يَعنِي أَصحَابَ أَبِي مُوسَى فَادفِنُوهُ فِي مَكَانٍ لَا يَعلَمُهُ أَحَدٌ غَيرُكُمَا قَالَ: فَذَهَبتُ أَنَا وَأَبُو مُوسَى فَدَفَناهُ

Dari Anas, “Tatkala mereka (Abu Musa Al-Asy’Ari) menaklukan tustur, mereka menemukan jasad seseorang yang hidungnya panjang. Penduduk Hurmuzan ber-isti’anah (minta bantuan) dan meminta hujan dengan perantara jasad tersebut. Abu Musa segera menulis surat kepada Umar bin Khattab. Umar membalas surat, ‘Sesungguhnya ini (jasad tersebut) adalah Nabi di antara para nabi. Api tidak akan membakar jasad para nabi dan bumi tidak akan merusaknya. Hendaklah engkau dan salah seorang sahabatmu menguburkannya di tempat yang tidak ada seorang pun yang mengetahuinya, kecuali kalian berdua’. Kemudian aku dan Abu Musa pergi untuk menguburkannya.” [2]

Cara menyembunyikan kubur beliau dengan cara pada siang hari para sahabat mengali 13 lubang kubur di sungai (airnya dibendung sementara). Lalu, menguburkannya pada salah satu lubang di malam hari sehingga tidak ada yang mengetahui di mana kubur beliau.

Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam Dala’ilun Nubuwwah, “Dari Khalid bin Dinar dari Abu ‘Aliyah,

قُلتُ: فَمَا صَنَعتُم بِالرجُلِ؟ قَالَ : ” حَفَرنَا بِالنهَارِ ثَلَاثَةَ عَشَرَ قَبرًا مُتَفَرقَةً، فَلَما كَانَ فِي الليلِ دَفَناهُ وَسَوينَا القُبُورَ كُلهَا، لِنُعَميَهُ عَلَى الناسِ لَا يَنبُشُونَهُ

“Aku berkata kepada Abu ‘Aliyah, ‘Apa yang kalian lakukan pada jasad Nabi tersebut?’. Abu ‘Aliyah berkata, ‘Pada siang hari kami menggali di sungai (airnya dibendung sementara) sebanyak 13 lubang kubur yang terpisah-pisah. Pada saat malam hari, kami menguburkannya dan kami ratakan semua kubur tersebut agar manusia tidak mengetahui dan tidak menggalinya kembali.’”[3]

Ahli sejarah Ibnu Katsir juga menjelaskan bahwa jasad tersebut adalah Nabi Daniel karena bisa diperkirakan dari waktu kematiannya dan khabar mengenai kapan masa hidupnya.

وَهُوَ قَرِيبٌ مِن وَقتِ دَانيَالَ ، إِن كَانَ كَونُهُ دَانيَالَ هُوَ المُطَابِقَ لِمَا فِي نَفسِ الأَمرِ

“Waktunya dekat dengan waktu kehidupan Nabi Daniel. Apabila itu adalah Nabi Daniel, maka ini sesuai dengan perkaranya (lama meninggal dan waktu ditemukan jasadnya).”[4]

Demikian juga Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menjelaskan bahwa Umar bin Khattab menulis surat kepada Abu Musa dan Umar berkata,

إذَا كَانَ بِالنهَارِ فَاحفِر ثَلَاثَةَ عَشَرَ قَبرًا، ثُم ادفِنهُ بِالليلِ فِي وَاحِدٍ مِنهَا، وَعَفر قَبرَهُ، لِئَلا يَفتَتِنَ بِهِ الناسُ

“Pada siang hari, galilah 13 lubang kubur. Kemudian kuburkanlah pada malam hari pada salah satu lubang tersebut. Sembunyikan kuburnya agar tidak menjadi fitnah (disembah-sembah dan dikeramatkan) oleh manusia.”[5]

Dari kisah ini mengandung beberapa faedah:

1. Kuatnya tauhid pada sahabat dan mereka sangat khawatir manusia terjatuh dalam kesyirikan yang merupakan dosa paling besar dan paling dilarang dalam agama.[6]

2. Salah satu sumber kesyirikan adalah ghuluw (berlebih-lebihan) terhadap nabi dan orang saleh sehingga akhirnya dikultuskan, dikeramatkan bahkan dianggap tuhan.[7]

3. Para sahabat telah paham bahwa sejarah pertama kesyirikan di muka bumi adalah pada zaman Nabi Nuh. Patung berhala mereka adalah patung orang-orang saleh sebelum mereka, lalu disembah.[8]

4. Para sahabat sangat paham bahwa telah banyak kubur Nabi yang disembah dan dikultuskan oleh manusia sehinggga mereka mencegahnya.[9]

5. Kuburan bukan tempat ibadah. Ziarah kubur hukumnya sunnah dengan tujuan mengingat mati dan mendoakan si mayit. (*)

Demikian semoga bermanfaat

Catatan kaki:

[1] Banyak mengambil faidah dari: https://islamqa.info/ar/233815

[2] HR. Ibnu Abi Syaibah (4/7) dengan sanad sahih

[3] Al-Baihaqi dalam Dala’ilun Nubuwwah (1/381)

[4] Al-Bidayah wan Nihayah 2/40

[5] Majmu’ Fatawa 15/154

[6] silahkan baca tulisan kami: https://muslimafiyah.com/kok-kesyirikan-jadi-larangan-terbesar-dalam-islam.html

[7] silahkan baca tulisan kami: https://muslimafiyah.com/ghuluwberlebihan-terhadap-orang-shalih.html

[8] silahkan baca: https://muslimafiyah.com/sejarah-kesyirikan-pertama-di-muka-bumi-dan-di-jazirah-arab.html

[9] silahkan baca tulisan kami: https://muslimafiyah.com/kuburan-bukan-tempat-ibadah-masjid-jangan-sampai-sepi-kuburan-malah-ramai.html

Penulis
: Raehanul Bahraen
Editor
: Ruslan Efendi
Sumber
: muslim.or.id
JIKA MENEMUKAN BERITA KAMI TIDAK SESUAI FAKTA, SEGERA HUBUNGI 0813 3966 1966 (Chat WhatsApp Only)