DATARIAU.COM - Ratusan ribu jemaah haji asal Indonesia
mulai dipulangkan secara bertahap ke Tanah Air mulai Selasa (11/6/2025) setelah
menuntaskan rangkaian ibadah haji 2025 di Tanah Suci. Pemulangan massal ini
tidak hanya menjadi momen bahagia bagi keluarga, tetapi juga menimbulkan
pertanyaan mengenai tradisi panggilan gelar haji bagi mereka yang telah
menunaikan rukun Islam kelima.
Berdasarkan
jadwal resmi yang telah ditetapkan pemerintah, jemaah haji gelombang pertama
akan dipulangkan dalam periode hingga 25 Juni 2025 dengan penerbangan langsung
dari Jeddah menuju berbagai kota di Indonesia. Adapun jemaah haji gelombang
kedua dijadwalkan dipulangkan pada 26 Juni hingga 10 Juli 2025, namun mereka
akan terlebih dahulu menuju Madinah untuk menyelesaikan rangkaian ziarah
setelah ibadah haji di Makkah.
Kepulangan para
jemaah haji ini sangat dinantikan oleh keluarga, kerabat, dan orang-orang
terdekat yang sudah tidak sabar menahan rindu kepada orang tersayang mereka.
Setelah berbulan-bulan berpisah untuk menunaikan rukun Islam kelima, momen
penyambutan kepulangan jemaah haji selalu menjadi peristiwa emosional dan penuh
haru bagi keluarga di Tanah Air.
Tradisi yang
telah mengakar kuat di masyarakat Indonesia biasanya memberikan gelar khusus
"haji" untuk laki-laki dan "hajjah" untuk perempuan bagi
mereka yang telah berhasil menunaikan ibadah haji. Gelar ini kemudian melekat
sebagai bagian dari identitas sosial dan keagamaan seseorang di tengah
masyarakat, bahkan sering digunakan dalam berbagai aktivitas kemasyarakatan dan
keagamaan.
Terkait tradisi
panggilan gelar haji yang telah menjadi bagian budaya Indonesia ini, Pengasuh
Lembaga Pengkajian dan Dakwah Al Bahjah KH Yahya Zainul Ma'arif yang lebih
dikenal dengan sebutan Buya Yahya memberikan penjelasan khusus yang cukup
menarik. Menurutnya, umat Islam harus senantiasa berprasangka baik kepada orang
yang sudah melaksanakan haji karena mereka telah dipilih Allah SWT untuk
menjadi tamu-Nya di Baitullah.
Buya Yahya
menekankan pentingnya sikap positif terhadap orang yang telah menunaikan ibadah
haji. "Kalau Anda senang lihat orang pulang haji itu tanda Anda akan
segera bisa nyusul. Tapi ada orang lihat orang haji marah, dengki, maka
ketahuilah dia tidak akan bisa haji," kata Buya Yahya dikutip dari YouTube
Al Bahjah TV, Selasa (10/6/2025).
Ulama yang
dikenal dengan gaya dakwah yang mudah dipahami ini menegaskan bahwa sebagai
saudara seiman, seharusnya umat Islam merasa senang dan bahagia melihat orang
yang baru pulang dari menunaikan ibadah haji. Jangan sampai justru timbul
perasaan negatif seperti rasa dengki, iri hati, dan berbagai penyakit hati
lainnya yang dapat menghalangi diri sendiri untuk suatu saat nanti bisa
menunaikan ibadah haji.
Mengenai tradisi
pemanggilan gelar haji yang sudah mengakar di masyarakat Indonesia, Buya Yahya
berpendapat bahwa hal tersebut tidak masalah dan bahkan termasuk salah satu
cara untuk menghormati para tamu Allah yang telah kembali dari Tanah Suci.
"Kemudian karena tradisi di Indonesia sudah biasa ada pak haji, kalau ada
orang haji ya pakailah pak haji. Karena kalau sudah menjadi kebiasaan, bisa
jadi menjadi orang yang gak enak," tuturnya menjelaskan logika sosial di
balik tradisi tersebut.
Meskipun
mendukung tradisi panggilan gelar haji sebagai bentuk penghormatan, Buya Yahya
memberikan nasihat khusus bagi mereka yang sudah menunaikan ibadah haji.
Menurutnya, orang yang sudah haji tidak boleh terlalu menuntut atau
mengharapkan untuk dipanggil dengan gelar haji, karena hal tersebut bisa
menjerumuskan pada sifat sombong yang justru merusak nilai ibadah haji itu
sendiri.
"Cuma kalau
Anda udah tiba-tiba sudah haji (dan) gak dipanggil pak haji, ya nyantai,"
pesannya dengan gaya khas yang santai namun penuh makna. Buya Yahya menekankan
bahwa yang terpenting bagi orang yang telah menunaikan ibadah haji adalah menjaga
hati agar tidak tergoda oleh sifat kesombongan dan tetap mempertahankan sikap
rendah hati setelah kembali dari Tanah Suci.
Lebih lanjut,
Buya Yahya juga mengingatkan tentang pentingnya menjaga perasaan orang lain
dalam konteks panggilan gelar haji ini. "Jadi, kalau ada tetangga ya
panggil haji gak masalah. Apa sih salahnya manggil aja. Kalau kita gak manggil
haji yang sombong kita jadinya," jelasnya, menekankan bahwa penolakan
untuk memanggil seseorang dengan gelar haji justru bisa menunjukkan sifat iri
atau dengki dari diri sendiri.***
Sumber: Liputan6.com